Ana

Jumat, 12 Oktober 2018

Tiga Remaja yang (Memaksa) Meminta-Minta di Halte Transjakarta




            Saya sekarang cukup sering naik bus Transjakarta. Hampir setiap hari saya menggunakan moda transportasi ini apabila tidak terburu-buru. Hampir setiap hari pula saya melewati halte yang sama. Halte paling dekat dari rumah saya dapat dicapai dengan berjalan kaki sekitar 15 menit.
            Berhubung hampir setiap hari melewati jalan yang sama, saya mengenal beberapa orang yang juga berkegiatan di sekitar jalur itu. Walaupun belum mengenal namanya, saya mengenal wajahnya. Ada penyapu jalan yang rajin membersihkan jalan, ada anak kecil yang suka main mobil-mobilan, ada ibu berkerudung yang saya tidak tahu apa kegiatannya di trotoar setiap pagi, ada juga petugas parkir di sebuah bank yang suka menyapu.
            Suatu hari, ada orang-orang berbeda dalam perjalanan saya itu. Saya bertemu dengan 3 orang remaja di lorong jembatan menuju ke halte Transjakarta. Ketiga remaja itu duduk di lantai sambil menadahkan tangannya. Ya, mereka sedang meminta-minta. Mereka duduk berseberang-seberangan. Tak jauh dari mereka tergeletak gitar kecil.
            “Bu, minta duit, Bu,” kata anak yang pertama saat saya lewat.
            Saya mengernyitkan dahi tanda tak suka. Saya agak terganggu karena anak itu duduk agak di tengah lorong, agak menghalangi jalan. Saya juga merasa agak terganggu karena ada orang asing di jalan yang biasa saya lewati. Saya mengabaikan permintaan anak itu dan segera berlalu.
            Beberapa langkah kemudian saya bertemu dengan anak yang kedua. Anak ini juga meminta duit. Permintaannya disampaikan dengan galak, seperti memalak. Saya pun berlalu dengan cuek. Sepertinya saya sempat melangkahi kakinya yang sengaja merintangi jalan itu.
            Saya terus berjalan cepat tanpa menghiraukan permintaan anak ketiga yang sama saja mau minta duit. Anak yang ketiga ini menghentakkan kakinya saat saya melewatinya. Anak yang kedua sepertinya mau mengejar saya. Saya pun refleks berlari.
            Setelah saya tahu mereka tidak mengejar, saya melihat ke arah mereka. Mereka semua duduk di posisi semula dengan tangan menadah ke atas. Sepertinya mereka menunggu orang lewat yang berikutnya. Saya segera meninggalkan lorong itu dan menuju ke halte.
            Sembari menunggu, saya menyesal tidak memotret mereka. Saya berniat mengadukan perbuatan mereka yang mengganggu itu ke pihak berwenang. Sekarang ada banyak fasilitas bagi masyarakat untuk ikut terlibat dalam ketertiban. Informasi dari masyarakat itu kemudian akan ditindaklanjuti oleh orang-orang yang berwenang.
            Esoknya, saya melewati lorong yang sama lagi. Kali ini saya menyiapkan kamera, baik yang ada di telepon genggam, maupun kamera poket. Saya menyiapkan kedua alat rekam itu di tempat yang terjangkau oleh tangan saya. Saya berniat untuk menangkap basah perbuatan mereka. Ternyata ketiga anak remaja itu tidak ada di sana. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini