Orang
Bali banyak yang menganut agama Hindu. Salah satu ritual yang mereka lakukan
setiap hari adalah memberikan sajen di beberapa tempat tertentu. Wadah sajen
itu terbuat dari daun lontar atau kelapa muda. Di atas wadah ini disajikan
bunga-bunga aneka warna, daun pandan, dupa, dan kadang-kadang ada gula
(permen).
Saya
pernah menanyakan kepada orang Bali yang saya temui tentang isi dari sajen.
Ternyata tidak ada ketentuan yang baku. Sajennya tergantung kerelaan hati dan
kemampuan masing-masing orang. Sajen adalah salah satu tanda syukur kepada Sang
Pencipta. Karena itu, beberapa sajen yang saya lihat isinya ada yang sama, ada
pula yang berbeda.
Salah
satu tempat yang selalu diberi sajen adalah pintu masuk. Atau mungkin lebih
tepatnya gerbang masuk. Di Ubud, sajen-sajen itu banyak yang diletakkan di
trotoar. Orang yang melewati trotoar itu harus berhati-hati supaya tidak
menginjak atau menendang sajen itu.
Sajen
yang sudah dipersembahkan pagi hari, esoknya sudah tidak ada artinya lagi.
Sajen yang baru dan segar akan menggantikan sajen yang lama. Sebelum diganti
dengan yang baru, sajen yang lama akan tetap berada di tempatnya kecuali
dipindahkan baik dengan sengaja atau tanpa sengaja.
Saya
selalu berhati-hati supaya tidak menginjak sajen yang diletakkan di depan pintu.
Walaupun mungkin tidak apa-apa apabila tak sengaja menginjaknya tetapi rasanya,
kok, enggak tega, ya… Saya melihat sendir sajen itu disiapkan dengan sepenuh
hati. {ST}