Ana

Minggu, 28 Oktober 2018

Merasakan Gempa di Bali Saat Sedang Kelelahan




            Saya sedang berada di Ubud, Bali, pada hari Sabtu 27 Oktober 2018. Pagi itu saya bangun kesiangan sebenarnya. Sudah menjelang jam 10 saat saya keluar dari kamar untuk sarapan. Sambil sarapan, saya galau untuk memutuskan apakah jadi ke Hutan Monyet, yang dlebih dikenal dengan nama Monkey Forest, atau tidak. Apalagi badan saya rasanya kurang fit karena mengalami dehidrasi di hari sebelumnya.

            Saya akhirnya memutuskan tetap pergi berjalan kaki. Perjalanan yang terlihat dekat di peta itu ternyata jauh juga. Saya menikmati pemandangan monyet-monyet yang hidup di hutan itu. Tanpa terasa saya melangkah banyak seklai. Tubuh mulai terasa lelah. Perut pun terasa lapar.

            Saya kesulitan mencari tempat makan di sekitar hutan itu. Karena tubuh sudah terasa lelah, saya pun akhirnya memutuskan untuk naik bus untuk kembali ke pusat kota. Setelah itu, saya mencari tempat makan yang penyajiannya tidak terlalu lama. Saya mampir di tempat makan kecil yang letaknya di jalan yang sama dengan rumah tempat saya tinggal.

            Saya memesan nasi campur ayam. Makanan itu terasa tidak terlalu sedap di lidah saya. Namun, saya memaksakan diri untuk terus menyantapnya karena sadar tubuh saya perlu asupan energi. Saya juga memaksa minum walaupun rasanya hambar. Saya akhirnya memesan minuman manis untuk menambah tenaga dengan cepat.

            Sembari makan, saya merasakan ada yang tidak beres dengan tubuh saya. Kepala saya sakit seperti orang kena flu. Sakit kepala seperti ini juga kerap terjadi apabila terlalu lama terjemur sinar Matahari. Dengan kondisi seperti itu, saya memutuskan untuk kembali saja ke tempat menginap dan berisitrahat.

            Sesampai di kamar, saya langsung berganti pakaian dan tiduran. Saya juga memadamkan lampu supaya kamar lebih redup dan nyaman untuk tidur siang. Sambil merem melek di kasur, saya merasa rugi dengan keadaan ini. Sudah pergi jauh-jauh ke Ubud kok malah sakit kepala. Akibatnya saya berulang kali membuka dan menutup mata.

            Saat itulah saya melihat kelambu di tempat tidur saya bergoyang-goyang. Saya pikir itu terjadi karena angin dari AC. Namun, tak lama kemudian terasa pula tempat tidur saya bergerak. Geraknya pelan, sih. Hampir seperti ayunan.

            Saat merasakan goyangan itu, kepala saya makin sakit. Sepertinya keadaan saya bertambah parah. Saya merasa memang harusnya saya istirahat dan tidur saja. Saya pun memejamkan mata dan berhasil tertidur. Saya baru bangun lagi saat malam sudah menjelang.

            Malam harinya, saya melihat-lihat informasi di telepon pintar saya. Saya juga menyempatkan melihat informasi gempa. Beberapa waktu sebelumnya, saya pernah menulis artikel tentang gempa. Saya mengenal beberapa narasumber tentang gempa. Saya juga mengikuti perkembangan gempa terutama yang mereka berikan. Nah, Saat itu saya pun mengecek informasi tentang gempa. Ternyata memang terjadi gempa di sekitar Bali saat saya merasakan goyangan itu.

            Saya kaget tetapi sekaligus bersyukur. Gempa itu dapat digolongkan kecil dan tidak mengakibatkan kerusakan apapun. Saya juga bersyukur dengan adanya gempa itu berarti tanah memang benar-benar bergoyang, bukan karena pandangan saya yang terganggu. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini