Saya
sedang berada di Ubud, Bali, pada hari Sabtu 27 Oktober 2018. Pagi itu saya
bangun kesiangan sebenarnya. Sudah menjelang jam 10 saat saya keluar dari kamar
untuk sarapan. Sambil sarapan, saya galau untuk memutuskan apakah jadi ke Hutan
Monyet, yang dlebih dikenal dengan nama Monkey Forest, atau tidak. Apalagi
badan saya rasanya kurang fit karena mengalami dehidrasi di hari sebelumnya.
Saya
akhirnya memutuskan tetap pergi berjalan kaki. Perjalanan yang terlihat dekat
di peta itu ternyata jauh juga. Saya menikmati pemandangan monyet-monyet yang
hidup di hutan itu. Tanpa terasa saya melangkah banyak seklai. Tubuh mulai
terasa lelah. Perut pun terasa lapar.
Saya
kesulitan mencari tempat makan di sekitar hutan itu. Karena tubuh sudah terasa
lelah, saya pun akhirnya memutuskan untuk naik bus untuk kembali ke pusat kota.
Setelah itu, saya mencari tempat makan yang penyajiannya tidak terlalu lama.
Saya mampir di tempat makan kecil yang letaknya di jalan yang sama dengan rumah
tempat saya tinggal.
Saya
memesan nasi campur ayam. Makanan itu terasa tidak terlalu sedap di lidah saya.
Namun, saya memaksakan diri untuk terus menyantapnya karena sadar tubuh saya
perlu asupan energi. Saya juga memaksa minum walaupun rasanya hambar. Saya
akhirnya memesan minuman manis untuk menambah tenaga dengan cepat.
Sembari
makan, saya merasakan ada yang tidak beres dengan tubuh saya. Kepala saya sakit
seperti orang kena flu. Sakit kepala seperti ini juga kerap terjadi apabila
terlalu lama terjemur sinar Matahari. Dengan kondisi seperti itu, saya
memutuskan untuk kembali saja ke tempat menginap dan berisitrahat.
Sesampai
di kamar, saya langsung berganti pakaian dan tiduran. Saya juga memadamkan
lampu supaya kamar lebih redup dan nyaman untuk tidur siang. Sambil merem melek
di kasur, saya merasa rugi dengan keadaan ini. Sudah pergi jauh-jauh ke Ubud
kok malah sakit kepala. Akibatnya saya berulang kali membuka dan menutup mata.
Saat
itulah saya melihat kelambu di tempat tidur saya bergoyang-goyang. Saya pikir
itu terjadi karena angin dari AC. Namun, tak lama kemudian terasa pula tempat
tidur saya bergerak. Geraknya pelan, sih. Hampir seperti ayunan.
Saat
merasakan goyangan itu, kepala saya makin sakit. Sepertinya keadaan saya
bertambah parah. Saya merasa memang harusnya saya istirahat dan tidur saja. Saya
pun memejamkan mata dan berhasil tertidur. Saya baru bangun lagi saat malam
sudah menjelang.
Malam
harinya, saya melihat-lihat informasi di telepon pintar saya. Saya juga
menyempatkan melihat informasi gempa. Beberapa waktu sebelumnya, saya pernah
menulis artikel tentang gempa. Saya mengenal beberapa narasumber tentang gempa.
Saya juga mengikuti perkembangan gempa terutama yang mereka berikan. Nah, Saat
itu saya pun mengecek informasi tentang gempa. Ternyata memang terjadi gempa di
sekitar Bali saat saya merasakan goyangan itu.
Saya
kaget tetapi sekaligus bersyukur. Gempa itu dapat digolongkan kecil dan tidak
mengakibatkan kerusakan apapun. Saya juga bersyukur dengan adanya gempa itu
berarti tanah memang benar-benar bergoyang, bukan karena pandangan saya yang
terganggu. {ST}