Saya
sudah tahu setiap tahun di Ubud diadakan Ubud Writer and Reader Festival
(UWRF). Festival ini diadakan setelah pemboman di Bali yang menewaskan banyak
orang itu. Salah satu tujuan diadakannya acara ini adalah untuk memulihkan
keadaan Bali setelah pemboman itu.
Ubud
Writer and Reader Festival pertama kali diadakan pada tahun 2004. Tahun 2018
ini adalah penyelenggaraan yang ke-15. Tempatnya tentu saja di Ubud, kota kecil
yang penuh dengan seni itu. Acara ini diselenggarakan oleh Yayasan Mudra Swari
Saaraswati dan digagas oleh Janet DeNeefe, seorang perempuan Australia yang
sekarang menetap di Ubud.
Beberapa
tahun yang lalu, saya pernah berniat mendatangi festival ini. sebagai seorang
reader dan juga writer, saya tertarik dengan acaranya. Saya juga tertarik pada
Ubud, kota yang dipenuhi dengan seni itu. Namun, niat itu belum kesampaian
sampai tahun 2018 ini.
Tahun
ini, UWRF diselenggarakan selama 4 hari mulai tanggal 24 sampai 28 Oktober
2018. Saya memantau programnya sejak berbulan-bulan yang lalu. Saya
memilih-milih program mana yang akan saya hadiri. Akhirnya saya memutuskan
untuk membeli tiket festival untuk 4 hari. Artinya saya boleh datang ke semua
program pada keempat hari itu. Nanti tinggal dipilih saja apakah saya akan
mendatangi semuanya atau hanya beberapa saja.
Selain
membeli tiket festival, tetnu saja saya harus membeli tiket perjalanan ke sana.
Tiket ini sudah saya siapkan jauh-jauh hari juga. Baik itu tiket pesawat maupun
tiket bus. Saya naik pesawat dari Jakarta ke Bandara I Gusti Ngurah Rai
kemudian melanjutkan perjalanan dengan bus ke Ubud.
Yang
tidak kalah penting adalah tempat tinggalnya. Saya ingin tinggal di tempat yang
tenang dan tidak berisik. Kalau bisa suasananya agak tradisional. Maka saya pun
meluangkan cukup banyak waktu mencari tempat tinggal yang nyaman tetapi
harganya masih terjangkau. Ternyata ada banyak sekali pilihan tempat menginap
di Ubud. Saking banyaknya, saya sampai bingung. Saya sempat mem-booking 8
tempat sekaligus di situs khusus untuk booking penginapan. Saya berani
melakukannya karena tidak ada down payment ataupun denda apabila ada pembatalan
sebelum tanggal yang ditentukan.
Pilihan
untuk penginapan saya akhirnya jatuh pada homestay yang letaknya sekitar 1,8 km
dari pusat kota. Saya rasa jarak segitu cukup menjauhkan dari keriuhan pusat
kota wisata. Jarak segitu juga masih terjangkau dengan berjalan kaki. Saya
memang memiliki niat untuk berjalan kaki sebagai alat transportasi di sana.
Saya
sudah mendarat di Bali sehari sebelum festival diadakan. Sudah ada beberapa
rangkaian acara yang menjadi bagian festival apda hari itu. Namun, saya lebih
memilih untuk berjalan-jalan menjelajah kota dan mencoba aneka makanan khas di
sana.
Selama
4 hari festival itu, dapat dikatakan saya hanya mengikuti setengahnya saja.
Setengah waktu lainnya saya gunakan untuk berjalan-jalan. Ada juga kalanya saya
terbaring kelelahan sampai sakit kepala. Hampir semua sesi yang saya ikuti
meninggalkan kesan. {ST}