Awal
Oktober 2018 Indonesia diramaikan oleh berita tentang kabar penganiayaan
seorang aktivis politik yang dulunya aktris. Kabar penganiayaan ini menjadi
viral karena si tante berinisial RS itu menjadi tim sukses untuk salah satu
pasangan calon presiden dan wakil presiden. Kabar itu menjadi makin cepat
berdar dengan adanya media sosial. Di perangkat HP saya saja ada 7 potret
wanita lebam itu.
Beberapa
hari kemudian, berita ini masih tetap menjadi viral. Namun, ada perkembangan
baru. Berita itu ternyata berita bohong alias hoaks. Si tante RS tidak pernah
dianiaya. Wajahnya lebam karena operasi plastik. Kabar ini dikonfirmasi oleh
banyak pihak yang terkait. Tante itu pun mengakui kebohongannya di depan
publik.
Saya
pikir cerita ini akan segera berakhir. Namun, tidak demikian kenyataannya.
Cerita ini terus berkembang. Si tante RS menghadapi konsekuensinya. Ia harus
berhadapan dengan polisi karena menyebarkan berita bohong. Ia juga mendapat
ejekan dan hujatan dari segenap warga negara Indonesia.
Saya
dapat memaklumi apa yang terjadi. Saya paham mengapa banyak orang banyak yang
mengejek dan menghina si tante RS. Saya juga sempat, sih he he he… Namun, itu
tidak berlangsung lama. Esoknya, saya sudah melupakan peristiwa itu karena
memang tidak ada gunanya mengingatnya. Lagi pula saya tidak ada kaitannya
dengan kasus ini.
Tidak
demikian halnya dengan para pengguna media sosial yang terhubung dengan saya.
Celaan dan ejekan makin menjadi-jadi. Ada yang membela juga, sih. Seringnya
wajah si tante itu berkeliaran di media sosial sangat mengganggu konsentrasi.
Lebih baik memikirkan yang lain saja, lah. {ST}