Jumat
sore tanggal 28 September 2018 terjadi gempa besar di sekitar kota Palu,
Sulawesi Tengah. Gempa ini juga menyebabkan terjadinya tsunami. Tsunami itu
mengakibatkan korban makin banyak. Ditambah pula saat itu di Palu sedang
diadakan festival untuk merayakan hari jadi kota Palu. Di sekitar pantainya ada
keriaan yang melibatkan banyak orang.
Orang
tua dan adik-adik saya pernah tinggal di Palu. Saat itu Papah bertugas di Palu.
Adik-adik yang masih kecil tinggal bersama orang tua kami di ibu kota Provinsi
Sulawesi Tengah itu. Sementara saya dan kakak saya yang sudah agak lebih besar
tinggal di Jakarta. Walaupun tidak berdomisili di Palu, saya cukup sering ke
sana, terutama untuk merayakan Natal bersama keluarga.
Dari
kunjungan-kunjungan singkat itu, ada beberapa kenangan tentang Palu. Saat Palu
luluh lantak oleh gempa dan tsunami, saya kembali teringat pada kota ini. Saya
ingat daerah pantainya dan minuman saraba yang dapat dinikmati di pantai ini.
Saya ingat kaledo, sop kaki sapi khas Donggala yang enak sekali itu. Saya juga
masih mengingat beberapa daerah di sana. Hmmm…. Terutama saya paling ingat yang
makanannya enak, sih.
Beberapa
tempat makan yang paling saya ingat berada di tepi pantai. Tempat makan ini
tepatnya berada di atas lautnya. Ada beberapa rumah makan yang dibangun seperti
itu. Bangunannya terbuat dari kayu berbentuk rumah panggung. Dari bangunan yang
umumnya tanpa dinding ini kita dapat menikmati pemandangan laut yang indah.
Ikan-ikan yang dijual di rumah makan ini umumnya segar dari laut. Salah satu yang
paling berkesan bagi saya, 1 ikan di sana dimasak untuk 1 orang saja. Berbeda
dengan di jakarta, di mana seekor ikan biasanya dinikmati bersama di tengah
meja.
Mengingat
itu semua, saya jadi sedih. Rumah makan itu tentu saja terkena dampak gempa dan
tsunami. Saya sempat membayangkan bagaimana jadinya orang yang berada di sana.
Saya juga sempat membayangkan kalau saya yang berada di sana. Tentu saja saya
menjadi ngeri sendiri dengan pemikiran ini.
Orang
tua dan adik-adik saya lebih sedih lagi. Mereka memiliki banyak kenangan atas
kota ini. Selain kenangan, mereka juga memiliki banyak teman dan kenalan di
kota ini. Beberapa dari mereka belum diketahui kabarnya sampai beberapa jam
setelah gempa. Ditambah pula saat itu semua operator komunikasi tidak ada yang
berfungsi. Listrik pun mati.
Kami
sekeluarga terus mengikuti berita tentang gempa Palu sampai berharap semua
kenalan kami si sana dalam keadaan selamat. Ada beberapa kenalan adik saya yang
telah diketahui meninggal dunia. Saya ikut berduka mendengarnya. Saya tidak
dapat berbuat banyak untuk gempa di palu kali ini. Pertolongan yang dapat saya
sampaikan tidak besar. Tentu saja saya mendoakan semoga mereka mendapatkan
pertolongan dan kekuatan untuk melanjutkan kehidupannya. {ST}