Ana

Kamis, 04 Oktober 2018

Gempa di Palu


            Jumat sore tanggal 28 September 2018 terjadi gempa besar di sekitar kota Palu, Sulawesi Tengah. Gempa ini juga menyebabkan terjadinya tsunami. Tsunami itu mengakibatkan korban makin banyak. Ditambah pula saat itu di Palu sedang diadakan festival untuk merayakan hari jadi kota Palu. Di sekitar pantainya ada keriaan yang melibatkan banyak orang.
            Orang tua dan adik-adik saya pernah tinggal di Palu. Saat itu Papah bertugas di Palu. Adik-adik yang masih kecil tinggal bersama orang tua kami di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu. Sementara saya dan kakak saya yang sudah agak lebih besar tinggal di Jakarta. Walaupun tidak berdomisili di Palu, saya cukup sering ke sana, terutama untuk merayakan Natal bersama keluarga.
            Dari kunjungan-kunjungan singkat itu, ada beberapa kenangan tentang Palu. Saat Palu luluh lantak oleh gempa dan tsunami, saya kembali teringat pada kota ini. Saya ingat daerah pantainya dan minuman saraba yang dapat dinikmati di pantai ini. Saya ingat kaledo, sop kaki sapi khas Donggala yang enak sekali itu. Saya juga masih mengingat beberapa daerah di sana. Hmmm…. Terutama saya paling ingat yang makanannya enak, sih.
            Beberapa tempat makan yang paling saya ingat berada di tepi pantai. Tempat makan ini tepatnya berada di atas lautnya. Ada beberapa rumah makan yang dibangun seperti itu. Bangunannya terbuat dari kayu berbentuk rumah panggung. Dari bangunan yang umumnya tanpa dinding ini kita dapat menikmati pemandangan laut yang indah. Ikan-ikan yang dijual di rumah makan ini umumnya segar dari laut. Salah satu yang paling berkesan bagi saya, 1 ikan di sana dimasak untuk 1 orang saja. Berbeda dengan di jakarta, di mana seekor ikan biasanya dinikmati bersama di tengah meja.
            Mengingat itu semua, saya jadi sedih. Rumah makan itu tentu saja terkena dampak gempa dan tsunami. Saya sempat membayangkan bagaimana jadinya orang yang berada di sana. Saya juga sempat membayangkan kalau saya yang berada di sana. Tentu saja saya menjadi ngeri sendiri dengan pemikiran ini.
            Orang tua dan adik-adik saya lebih sedih lagi. Mereka memiliki banyak kenangan atas kota ini. Selain kenangan, mereka juga memiliki banyak teman dan kenalan di kota ini. Beberapa dari mereka belum diketahui kabarnya sampai beberapa jam setelah gempa. Ditambah pula saat itu semua operator komunikasi tidak ada yang berfungsi. Listrik pun mati.
            Kami sekeluarga terus mengikuti berita tentang gempa Palu sampai berharap semua kenalan kami si sana dalam keadaan selamat. Ada beberapa kenalan adik saya yang telah diketahui meninggal dunia. Saya ikut berduka mendengarnya. Saya tidak dapat berbuat banyak untuk gempa di palu kali ini. Pertolongan yang dapat saya sampaikan tidak besar. Tentu saja saya mendoakan semoga mereka mendapatkan pertolongan dan kekuatan untuk melanjutkan kehidupannya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini