Ana

Minggu, 14 Oktober 2018

Alat Pemantau Bencana yang Dicuri




            Saya pernah mengunjungi BMKG dalam rangka mencari bahan untuk artikel tentang gempa dan tsunami. Selain wawancara, saya juga diperbolehkan berkunjung ke tempat pemantauan data gempa bumi dan tsunami. Data dari seluruh penjuru Indonesia dikirimkan ke tempat ini
            Beberapa pantauan data itu ada yang tidak ada angkanya. Saat saya tanyakan ternyata karena alatnya, yang berada di laut itu, hilang. Hilangnya kemungkinan besar karena dibawa (atau dicuri) oleh orang. Alat yang hilang itu beberapa belum ada pengantinya yang baru karena keterbatasan biaya.
            Saya kemudian menanyakan apakah ada kemungkinan terhanyut karena diletakkan di laut lepas. Ternyata risiko hanyut sudah diperhitungkan oleh pembuatnya. Ada jangkar yang menjaga alat itu supaya tidak hanyut. Hilangnya alat itu sudah dapat dipastikan karena keterlibatan manusia.
            “Ngapain juga ngambil alat kaya gitu? Apa gak tau alat itu penting buat kehidupan banyak orang?” tanya saya keheranan.
            Tidak ada jawaban yang pasti tentang hal itu. Dari perbincangan dengan rekan-rekan di BMKG, memang ada orang yang mengambil perlengkapan itu untuk dijual sebagai barang bekas. Ada juga yang tidak tahu alat itu benda apa sehingga saat menemukannya di laut langsung membawanya pulang. Alat yang kegunaannya sangat penting itu menjadi hampir tak berguna saat berada di tangan orang yang tak tepat.
            Beberapa alat belum digantikan dengan yang baru karena biayanya yang mahal. Saya ngerti aja sih kalau mengganti kehilangan tidak dianggarkan. Tentunya alat ini diperkirakan memiliki umur yang cukup panjang sehingga tidak perlu sering-sering menggantinya. Namun, alat itu sangat penting untuk mendeteksi gelombang laut, terutama apabila terjadi tsunami. Apabila kita sudah tahu lebih dahulu apa yang terjadi di tengah laut. Kemungkinan untuk menyelamatkan orang-orang yang tinggal di darat akan lebih besar.
            Baru-baru ini terjadi tsunami di daerah Sulawesi Tengah. Tsunami ini dapat dikatakan termasuk terlambat terpantaunya karena informasinya baru didapatkan dari alat pemantau di pantai. Saat itu gelombang tsunami telah mencapai pantai. Benar-benar sudah terlambat untuk mengeluarkan peringatan. Semoga saja ini menjadi pelajaran bagi kita bersama. Semoga saja alat-alat pemantau tinggi air yang hilang di lautan itu segera diganti dengan yang baru. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini