Ana

Selasa, 02 Oktober 2018

Ada yang Memilih Kursi Prioritas untuk Tidur


            Saat berkendara menggunakan bus transjakarta, saya sering melihat orang yang tertidur. Saya juga kadang-kadang tertidur karena tidak bisa menahan kantuk. Nah, tempat paling nyaman untuk tidur itu di tempat duduk yang di sampingnya ada dindingnya. Bisa buat sandaran kepala.
            Suatu pagi saat pergi kerja, saya bertemu dengan seorang ibu muda yang sepertinya mengantuk. Ibu ini bergerak sangat perlahan. Saya tahu karena saya berjalan di belakangnya saat memasuki bus. Badannya yang besar membuat saya tidak dapat menyusulnya karena gang di dalam bus itu penuh.
            Ibu itu kemudian memilih sebuah kursi berwarna merah, kursi prioritas. Ia kemudian duduk di situ dan langsung menyandarkan kepalanya. Ibu itu menguap dan langsung memejamkan matanya. Sementara saya memilih tempat duduk lain untuk “penumpang biasa”.
            Bus itu menunggu selama beberapa saat sebelum akhirnya pintu ditutup. Di bagian tempat duduk perempuan, hanya ada 2 penumpang, yaitu saya dan ibu muda itu. Ibu itu belum tertidur. Ia melihat-lihat telepon genggamnya. Ia masih duduk di kursi prioritas.
            Mengapa saya sampai menulis catatan peristiwa yang biasa-biasa saja ini? Karena saya agak terganggu dengan kursi pilihannya itu. Ibu itu masih muda. Sepertinya ia juga tidak hamil. Sepertinya ia pun tidak mengalami disabilitas. Hampir tidak ada alasan baginya untuk duduk di kursi prioritas. Sebagai penumpang pertama yang memasuki bus, ia sebenarnya berhak memilih kursi yang mana saja. Kursi yang dipilihnya untuk tidur malah kursi prioritas.
            Seperti sudah saya tuliskan sebelumnya, kursi paling enak untuk tidur yang di sebelahnya ada dindingnya untuk memudahkan menyandar. Nah, kursi prioritas yang dipilih si ibu muda ini letaknya di paling pinggir, yang ada dinding untuk menyandarkan kepalanya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini