Pagi hari Kamis tanggal 16 Agustus
2018 saya keluar rumah menuju ke daerah Cipete. Ini bukan rute saya yang
biasanya. Saya datang untuk menghadiri undangan pada jam 10 pagi. Saya pergi
dari rumah jam 8 pagi. Estimasi saya, 2 jam cukup untuk sampai di sana.
Ternyata perkiraan saya meleset.
Jalanan yang saya lewati macet sekali. Ternyata kendaraan yang saya lewati
melewati rute pawai obor Asian Games. Obor yang dibawa keliling Indonesia itu
tiba di Jakarta sehari sebelumnya, tanggal 15 Agustus 2018.
Mobil yang saya tumpangi berjalan
tersendat-sendat selama beberapa lama, lebih dari setengah jam. Ada kalanya
kami berhenti lama sekali. Waktu berhenti itu makin lama lagi saat kendaraan
itu berada tak jauh dari rel kereta api.
Di sepanjang jalan yang dilewati
oleh pawai obor itu ada banyak anak kecil yang melambai-lambaikan bendera.
Anak-anak itu kebanyakan memakai kaus olahraga sekolahnya. Di punggung mereka
ada tulisan nama sekolah mereka. Bendera-bendera kecil yang mereka kibarkan
tidak hanya bendera merah putih. Mereka mengibarkan aneka macam bendera dari
negara-negara peserta Asian Games. Suasananya meriah sekali.
Beberapa dari anak-anak kecil ada
yang terlihat kelelahan. Mereka duduk di trotoar atau beton pembatas jalan.
Walaupun masih pagi, Matahari sudah bersinar cukup terik. Sementara mereka
masih harus menanti lewatnya obor Asian Games itu.
Saya dan pengemudi mobil yang saya
gunakan berbincang-bincang tentang hal itu. Tentang risiko melibatkan anak-anak
itu ke jalan raya yang sama sekali tidak diamankan. Jalan raya itu tidak
ditutup secara khusus. Petugas yang ada juga tidak banyak. Buat pengemudi yang
tidak terlalu awas, mungkin tidak melihat anak-anak yang berada di dekat
mobilnya. Anak-anak tiu terlalu kecil untuk terlihat dari balik kemudi mobil.
Perjalanan kami menjadi lancara
setelah terlepas dari rute pawai obor Asian Games itu. Namun, tetap saja saya
tiba terlambat di tujuan. Terjebak dalam kemacetan akibar pawai obor itu
memakan waktu cukup lama. {ST}