Tadi pagi saat naik bus saya
menyaksikan kecelakaan di jalan yang saya lewati. Saya dan orang-orang yang
naik bus melihat 2 orang yang berada di belakang mobil bak. Kedua orang itu
sepertinya sepasang suami istri. Sang suami sedang terbaring di bak, sementara
istrinya yang berdarah-darah terlihat meratapi di sebelahnya. Sebelum mobil bak
itu dijalankan, di sekitarnya ada banyak petugas baik dari polisi maupun Dephub.
Pengemudi bus yang saya tumpangi sempat
menanyakan kepada petugas yang berdiri di dekat jendela. Saya yang duduk tidak
terlalu jauh dari pengemudi itu tak sengaja mendengar percakapannya.
“Takut razia,” kata petugas yang
berada di luar.
“Gak pake helm, ya?” tanya pengemudi
bus saya.
“Iya. Salah sendiri,” sahut petugas
di luar itu.
“Siapa suruh gak pake helm,” sungut
seorang penumpang.
Orang-orang yang tadinya kasihan
melihat korban kecelakaan itu mendadak kehilangan simpati. Saya juga kehilangan
sedikti rasa kasihan yang tadi sempat muncul. Ujung-ujungnya ya merasa kasihan
juga, sih.
Helm diciptakan sebagai alat
pengaman bagi kepala, bagian tubuh di mana otak berada. Di negeri ini ada banyak
orang yang memakai helm bukan karena fungsinya, tetapi karena takut mendapat
sanksi. Biasanya yang kaya gini kena sanksi tilang.
Saat terjadi kecelakaan akibat tidak
menggunakan helm, dapat dipahami apabila para petugas tidak terlalu simpati.
Dapat dikatakan kecelakaan itu terjadi karena kesalahan orang itu sendiri.
Semoga saja orang itu tidak mengulangi kesalahannya lagi. Semoga juga
orang-orang di Indonesia makin sadar apa gunanya helm. Pakai helm karena mau
melindungi kepalanya, bukan karena takut ditilang. {ST}