Sebagai
orang Dayak, tentu saja saya mengenal bawang dayak. Bawang ini bentuknya mirip
bawang merah. Warna merahnya lebih tua, agak mirip merah hati. Umbi lapis ini
lapisannya lebih terlihat apabila dibandingkan dengan bawang merah baisa atau
bawang bombai. Bawang yang tidak terlalu mengeluarkan bau ini rasanya agak
“langu”. Bawang ini biasanya dijadikan sebagai obat, bukan bumbu masakan.
Dulu
saya pikir bawang dayak hanya dikenal di Kalimantan. Bawang ini tumbuh bebas di
hutan. Rasanya yang tidak terlalu sedap itu membuat bawang ini tidak dijadikan
bahan makanan. Harganya tidak terlalu mahal waktu saya kecil dulu. Belum alam
ini saya pernah menanyakan harganya pada sebuah pameran. Ternyata harganya
mahal juga. Mungkin karena reputasi bawang ini yang dapat dijadikan sebagai
obat.
Bawang
dayak ternyata juga dikenal di Jakarta sebaagi bawang dayak. Bawang yang
diyakini berkhasiat obat ini memang kebanyakan berasal dari Kalimantan, pulau
tempat orang Dayak berasal. Saya sempat mencari informasi di internet tentang
bawang dayak ini. Hampir tidak ada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan
informasi dari beberapa penjual obat, bawang dayak ini memiliki banyak manfaat.
Menyembuhkan kanker, diabetes, menurunkan tekanan darah, mengurangi kolesterol,
menghilangkan asam urat, dan membuat kulit menjadi mulus adalah beberapa
khasiat yang pernah saya denagr.
Untuk
mendapatkan khasiatnya, air rebusan bawang ini diminum. Ada juga yang
menyarankan untuk memakannya mentah-mentah. Kalau yang ini kemungkinan tidak
banyak yang melakukannya karena rasanya yang tidak enak. O ya, sekarang juga
ada bawang yang sudah dikeringkan dan dipotong-potong. Bawang ini tinggal
direbus untuk kemudian diambil airnya.
Pamor
bawang dayak sebagai obat saat ini makin meningkat. Berdasarkan wawancara
dengan beberapa penjual bawang dayak yang saya temui, pembeli bawang ini makin
banyak. Beberapa bahkan memesan dan menjadi langganan tetap. Bawang yang paling
banyak pembelinya yang sudah saya keringkan.
{ST}