Kompleks perumahan tempat saya
tinggal termasuk perumahan tua. Kompleks ini dibangun pada tahun 1970–an. Perumahan di kompleksi
ini dibangun sesuai kebutuhan pada waktu itu. Luas tanahnya cukup luas apabila
dibandingkan dengan kebanyakan perumahan.
Tahun demi tahun berlalu. Perumahan
ini mulai ditinggalkan oleh pemiliknya. Kebanyakan karena anak–anak dari pemilik rumah
sudah pindah ke tempat lain dan membangun keluarganya sendiri. Orang tua
mereka, ada yang yang mengikuti anaknya ke tempat baru, ada juga yang telah
dipanggil Tuhan. Akibatnya, banyak rumah kosong di perumahan kami.
Rumah–rumah kosong itu kebanyakan akan dijual.
Dapat dilihat dari tanda–tanda
agen perumahan yang menempel di sana. Ada juga yang dijual langsung tanpa
perantara. Apabila berjalan kaki keliling kompleks, tanda–tanda rumah dijual akan
terlihat jelas tanpa perlu dicari–cari.
Ada juga yang menjualnya hanya setengah kavling saja.
Seperti sudah dituliskan sebelumnya,
luas tanah di kompleks ini lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan perumahan
yang baru bermunculan akhir–akhir
ini. Tanah lebih luas, tentunya harganya lebih mahal. Membagi kavling menjadi
salah satu solusi.
Di jalan tempat tinggal saya, ada
beberapa rumah yang dulunya adalah satu kemudian dibagi menjadi 2. Rumah baru
yang dibangun itu kebanyakan bentuknya mirip, bahkan ada yang serupa. Rumah–rumah itu dibangun pada
waktu yang bersamaan. Saya menjulukinya rumah kembar. Para penghuni rumah
kembar kebanyakan masih bersaudara. {ST}