Ana

Rabu, 13 Juni 2018

Rujak Cingur


            Saya dan keluarga penggemar rujak cingur. Perkenalan kami dengan menu makanan khas Madura ini karena di tempat tinggal kami dulu, di kota Palangkaraya, ada yang menjajakannya secara keliling. Penjajanya, seorang perempuan setengah baya yang kami panggil dengan sebutan Bibi itu berasal dari Madura.
            Rujak cingur berbeda dengan kebanyakan rujak yang berbahan buah. Rujak cingur berbahan kangkung, lontong/ketupat, tahu, tempe, nanas, mangga, dan tentu saja cingurnya. Cingur itu bagian wajah dari sapi yang rasanya agak kenyal. Semuanya itu dicampur dengan menggunakan bumbu petis berwarna hitam.
            Secara tampilan, rujak cingur tidak menarik sama sekali. Campurannya yang tak beraturan dan berwarna hitam itu tidak menarik secara visual. Kebayang, deh, kalau harus dimasukkan dalam majalah. Harus banyak hiasannya supaya terlihat menarik. Daya tarik rujak cingur ada di rasanya. Bumbu petis yang asin, manis, gurih itu terasa sangat sedap setelah tercampur dengan bahan-bahan lainnya.
            Saya hampir selalu memesan menu rujak cingur apabila mampir di rumah makan yang menyediakannya. Saya menemukan beberapa tempat yang menjual rujak cingur di Jakarta. Ada yang rasanya sedap. Ada juga yang biasa aja. Yang harganya paling mahal justru yang rasanya paling tidak enak. Setiap menyantapnya, kembali saya teringat pada rujak cingur yang dijual keliling oleh Bibi. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini