Saya tidak terlalu suka mengerjakan
pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyapu, mengepel, dan menyetrika. Pada
hari–hari biasa, saya dibantu
oleh asisten rumah tangga untuk mengerjakannya. Itu adalah salah satu hal yang
saya syukuri dalam kehidupan saya.
Saat menjelang lebaran, asisten
rumah tangga kami pulang. Jadilah pekerjaan rumah tangga itu harus dikerjakan
oleh segenap penghuni rumah. Saya juga kebagian beberapa tugas antara lain
mencuci piring dan pakaian, mengurusi makanan, dan menyiram tanaman. Kadang-kadang saya juga menyapu
kalau lantai terasa kotor berdebu.
Banyakan enggaknya sih he he he…
Pada hari–hari pertama liburan, saya
masih bersemangat melakukannya. Setelah 3 hari, saya mulai bosan. Apalagi saya
sebenarnya tidak terlalu menikmati pekerjaannya, terutama urusan dapur. Saat
saya menulis catatan ini, ibu saya sedang heboh memasak di dapur. Saya hampir
tidak membantu sama sekali karena bosannya luar biasa. Sudah 3 hari berturut-turut kami menghabiskan
berjam-jam untuk mengurusi urusan dapur.
Saya tahu makanan memang penting,
tapi kok rasanya tidak perlu memasak banyak–banyak
untuk makan yang secukupnya. Sisa–sisa
makanan tadi malam masih ada yang bisa dimakan, kok. Tadi saya sempat berpikir
mau masak telur dadar namun tidak jadi karena ada 4 jenis makanan sisa tadi
malam yang dapat kami santap untuk pagi dan siang ini.
Mungkin akan ada orang yang
menghakimi saya karena tega–teganya
membiarkan ibunya memasak sendiri tanpa bantuan. Sempat terpikir begitu juga,
sih. Namun, ada juga suara lain yang mengatakan kalau memasak tapi dibantu oleh
orang yang tidak terlalu ahli masak (dan tidak terlalu suka masak) malah akan
mengganggu. Saya akhirnya hanya emmbantu membersihkan perlengkapan
memasak yang digunakan oleh ibu saya. {ST}