Saya sudah lama melihat novel ini di
rak perpustakaan. Novel berukuran kecil itu ada di perpustakaan gereja dan
perpustakaan kantor. Seorang teman pernah memberi rekomendasi untuk membacanya.
Namun, saya tidak langsung membacanya. Saya baru membaca novel ini belum lama
ini. Benar saja, novel ini ternyata bagus dan mengesankan.
Novel ini mengisahkan tentang
seorang perempuan Tiongkok bernama Lily pada tahun 1800–an. Lily dilahirkan sebagai
anak ketiga pada sebuah keluarga petani yang tidak terlalu kaya. Lily menjalani
pengikatan kaki pada usia 7 tahun. Ya, ia hidup di saat kaki–kaki kecil perempuan
Tiongkok dianggap sebagai sesuatu yang cantik.
Seorang Mak Comblang yang melihat
kaki Lily, langsung melihat potensi anak itu. Mak Comblang itu sudah memiliki
rencana untuk menjodohkan Lily dengan seorang anak orang terkemuka di desa lain
yang lebih maju. Novel ini menceritakan masa–masa
kehidupan Lily, mulai dari anak petani miskin sampai menjadi wanita utama dalam
keluarga kaya.
Saya sempat berhenti beberapa hari
membaca novel ini. Bukan karena ceritanya tidak menarik, namun karena saya
merasa ngilu saat membayangkan pengikatan kaki. Untuk menghasilkan kaki yang
kecil, kaki seorang anak perempuan ditekuk ke bagian dalam. Anak–anak kecil itu dipaksa
berjalan walaupun kakinya luar biasa sakitnya. Tulang–tulang mereka patah saat
pembentukan kaki kecilnya. Dalam novel itu dikisahkan adik perempuan Lily
meninggal karena infeksi pada kakinya yang diikat. Huft! Sampai saat catatan
ini saya buat, saya masih merasa ngilu membayangkannya. Apalagi kaki saya besar
begini. Tidak terbayang bagaimana sakitnya apabila diikat paksa supaya menjadi
kecil.
Snow Flower atau Bunga Salju, yang
menjadi judul novel ini, adalah sahabat sehati Lily. Sahabat sejati (laotong) adalah suatu keistimewaan dalam
budaya saat itu karena tidak semua orang memilikinya. Sahabat sejati ini
dijodohkan oleh Mak Comblang dan mereka membuat perjanjian di kuil. Sepasang
sahabat sejati akan berbagi kehidupan mereka walaupun mereka telah menikah.
Bunga Salju datang dari keluarga
yang berada selama beberapa keturunan. Sayangnya keadaan keluarganya tidak
selalu baik. Ayahnya yang pecandu tidak dapat mengelola harta keluarga dengan
baik. Keluarga ini akhirnya terpaksa menjual harta benda mereka. Mereka jatuh
miskin. Bunga Salju juga terkena imbasnya. Keluarganya yang miskin membuatnya
mendapatkan jodoh yang miskin pula. Bunga Salju berjodoh dengan seorang tukang
jagal, seorang dengan profesi yang dianggap hina.
Secara keseluruhan saya
mengapresiasi baik novel ini. Jalan ceritanya runtun dan dapat diikuti dengan
baik. Melalui novel ini pembaca juga dapat belajar tentang budaya Tiongkok pada
saat itu. Saya sudah cek dari sumber yang terpercaya tentang budaya pengikatan
kaki. Ternyata memang sama seperti yang diceritakan di novel ini. Saya
merekomendasikan novel ini bagi yang suka membaca. {ST}