Ana

Selasa, 12 Juni 2018

Bayar Tarif 6 Orang untuk Sekali Naik Bus


            Saya sering berkendara menggunakan Transjakarta. Transportasi yang murah meriah ini menurut saya pelayanannnya makin lama makin baik. Sampai suatu pagi saya menyampaikan kritik kepada petugas penjaga halte.
            Pagi itu saat menuju halte saya dihadang oleh 3 orang anak muda dan seorang ibu. Mereka mengerubungi saya dan berbicara berbarengan. Saya sampai kebingungan sampai akhirnya terdengar kata “pinjam kartu”. Rupanya mereka mau pinjam kartu saya untuk masuk ke dalam halte.
            “Minta tolong ke petugasnya aja,” kata saya.
            Bukannya saya tidak mau membantu, sih. Hal seperti itu sebenarnya dapat diatasi oleh petugas yang ada di situ. Entah dengan mengisi kartu uang elektronik mereka, atau menjual yang baru. Atau mungkin juga memasukkan mereka ke dalam halte dengan otoritasnya. Akhirnya saya yang menyampaikan kepentingan itu ke petugas halte.
            “Nggak bisa! Mereka harus beli kartu!” kata petugas itu dengan tegas. Kemudian ia melanjutkan lagi kegiatannya di dalam loket.
            “Apakah tidak ada solusi untuk mereka?” tanya saya saat ada lagi orang yang bernasib sama, mau pinjam kartu saya.
            “Kalau saya enggak bisa ngisi kartunya. Katanya offline,” kata calon penumpang yang terakhir. Calon penumpang yang ini langsung mengeluarkan 2 lembar uang dua ribuan. “Ini saya bayar ke mbaknya, deh,” lanjutnya lagi.
            “Mbak, ayo sini ke luar dulu. Apakah tidak ada solusi lain yang tidak merepotkan saya?” tanya saya galak pada petugas halte yang kembali duduk di dalam bilik.
            Petugas itu akhirnya keluar sambil mengomel. Dia tidak punya solusi sama sekali. Akhirnya kami semua, totalnya  orang, masuk ke dalam halte menggunakan kartu saya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini