Hari Minggu, tanggal 13 Mei 2018
adalah hari yang penuh ketegangan. Di pagi hari itu ada bom yang meledak di
beberapa tempat di Surabaya. Ada anak-anak yang menjadi korban bom itu. Ada
anak yang terkena bom, ada juga anak yang sengaja diledakkan oleh orang tuanya.
Saya tidak salah ketik kalimat di atas, kok. Memang ada anak yang ikut meledak
bersama orang tuanya yang menjadi pengantin sesat. Kasihan sekali.
Pagi hari Minggu itu saya sebenarnya
tidak terlalu menyimak berita. Setelah begadang malam sebelumnya, yang saya
inginkan hanya istirahat tidur. Ada banyak berita di media resmi dan juga
berita simpang siur di group WA. Saya baru mulai menyimak berita-berita itu
setelah bangun dari tidur siang.
Dari beberapa berita yang saya
dapat, ada beberapa foto korban. Ada yang sudah tidak lagi utuh badannya, ada
juga foto saat mereka masih hidup. Ada foto 2 bersaudara anak sekolah minggu
yang difoto dengan kue ulang tahun. Ada juga foto anak-anak yang menjadi bagian
sebuah keluarga.
Saya sangat sedih saat melihat foto
anak-anak itu. Kesedihan itu tidak hanya basa-basi. Saya sampai menangis saat
melihat anak kecil yang menjadi korban itu tengah tersenyum. Saya langsung
teringat keponakan saya yang senyumnya manis itu. Anak-anak kecil ini harus
mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis.
Setelah kesedihan itu, saya merasa
marah pada orang tua yang memilih mengakhiri hidupnya sebagai pembawa bom itu.
Namun, marah-marah saja tentu tidak ada gunanya. Saya hanya bisa berdoa semoga
peristiwa seperti ini tidak terulang lagi. {ST}