Ana

Jumat, 30 Maret 2018

Suara Presenter Perempuan yang Dibuat-Buat Banget


            Ada sebuah acara televisi yang sebenarnya cukup saya sukai. Namun, beberapa waktu ini saya tidak tahan menontonnya. Hmmm…. Atau lebih tepatnya mendengarnya. Saya agak eneg mendengar suara presenternya. Suaranya itu sudah dapat dipastikan bukan suara aslinya. Suaranya dibuat-buat dan sedikit mendesah. Untuk beberapa orang mungkin suaranya menyenangkan. Buat saya, sih, agak memuakkan.
            Saya juga tidak tahu mengapa saya segitu enegnya mendengar suara presenter itu. Mungkin hanya soal selera. Saya memang tidak terlalu suka mendengar suara orang yang serak, atau diserak-serakin. Apalagi ditambah dengan mendesah-desah. Mengingatkan pada kegiatan di toilet, alias pup atau buang air besar.
            Akibat rasa eneg itu, saya sudah tidak pernah lagi menonton acara yang sebenarnya bagus dan menghibur itu. Bayangkan saja apabila banyak orang yang mengambil keputusan sama seperti saya. Pasti acara itu ratingnya bakalan anjlok. Akan tetapi, sepertinya lebih banyak penggemarnya. Saya masih melihat acara itu ditayangkan. Saya hanay melihatnya sekilas, sebelum memindahkan saluran TV. {ST}

Kamis, 29 Maret 2018

Jaga Jarak di Bus


            Di bagian belakang kendaraan sering ada tulisan “jaga jarak”. Tulisan itu biasanya peringatan untuk menjaga jarak antar kendaraan. Tentunya peringatan ini untuk keamanan pengguna jalan sendiri. Saking seringnya ada peringatan untuk jaga jarak, saya sudah tidak terlalu memberi perhatian lagi.
            Nah, peringatan jaga jarak yang ini agak berbeda. Awalnya saya juga tidak memberi perhatian sampai akhirnya terpaksa melihatnya karena jalanan yang tersendat. Dari tempat duduk saya di bus, saya dapat melihat tulisan di bagian belakang bus depan. Tulisan JAGA JARAK itu berwarna hitam dengan latar kuning. Biasa banget. Yang menarik perhatian karena ada tulisan KB di pojok kanan bawahnya.
            Rupanya tulisan JAGA JARAK itu adalah iklan layanan masyarakat untuk menjaga jarak kelahiran anak dengan ikut KB. Pesannya untuk merencanakan jumlah anak dan mengatur jarak kelahiran. Iklan ini menurut saya menarik sekaligus tidak menarik. Menarik karena menggunakan bahasa sehari-hari di jalanan yang ternyata maksudnya beda. Tidak menarik karena terlalu biasa. Kalau sedang tidak terjebak kemacetan, orang-orang seperti saya mungkin tidak akan pernah tahu apa maksud sebenarnya iklan ini. Iklan ini hanya dilihat sekilas sebagai peringatan untuk menjaga jarak kendaraan. {ST} 

Selasa, 27 Maret 2018

Pasang Tenda Bertiang di Palangkaraya


            Pernikahan adik saya juga dirayakan di Palangkaraya, kota tempat kami pernah tinggal. Salah satu bagian dari acaranya adalah syukuran di rumah kami. Rumah kami yang tidak terlalu besar itu tentunya tidak cukup untuk menampung tamu yang datang. Jangankan tamu undangan, untuk keluarga besar kami saja tidak cukup. Keluarga kami akhirnya menyewa tenda yang dipasang di halaman depan rumah kami yang luas.
            Saya bertugas untuk mengawasi pemasangan tenda itu. Sebenarnya ini tugas yang tidak terlalu perlu dilakukan. Menurut orang tua saya, untuk pekerjaan pemasangan tenda selalu beres tanpa harus diawasi. Kadang-kadang bahkan hasil pekerjaannya lebih dari yang diharapkan. Mungkin karena hampir semua penduduk di kota ini bersaudara. Kemungkinan para petugas pemasan tenda itu juga masih bersaudara dengan kami.
            Walaupun tidak terlalu perlu diawasi, saya tetap memberi perhatian pada pemasangan tenda itu karena ingin tahu bagaimana caranya. Ternyata pemasangannya agak berbeda dengan yang di Jakarta. Di Jakarta, yang dipasang rangkanya dulu, baru kemudian tendanya (atau kainnya). Di Palangkaraya, tenda bagian atasnya sudah jadi, baru kemudian dipasang ke tiangnya. {ST}

Minggu, 25 Maret 2018

Bawa Bagasi Bakul


            Bakul berbahan anyaman ini menjadi sesuatu yang sering terlihat di pasar-pasar Kalimantan. Bakul di Kalimantan semacam tas belanjaan. Tas ini dibawa ke pasar, kemudian belanjaan dimasukkan ke dalam tas ini. Harganya termasuk murah. Untuk bakul besar, harganya Rp 10.000 pada tahun 2018 ini. Saya ingat waktu kecil dulu harganya hanya Rp 800 sampai Rp 1000.
            Keluarga kami juga sering menggunakan bakul. Selain sebagai tas belanja, bakul juga sering kami gunakan untuk membawa barang dalam pesawat. Bakul yang biasanya berisi oleh-oleh itu kami jahit bagian atasnya dengan tali rafia. Jahitan ini akan membuat bakul tetap tertutup selama perjalanan melalui udara itu. Harga bakul yang murah membuat kami tidak terlalu sayang untuk menjahit bakul itu dengan bentuk yang tak karuan.
            Bentuk bakul yang fleksibel dan tidak kaku itu lebih cocok untuk memuat bahan-bahan yang tidak mudah pecah. Biasanya kami membawa buah atau ikan asin yang sudah dikemas rapat.
            Salah satu keuntungan bakul lainnya adalah mudah ditemukan saat pencarian bagasi. Tidak terlalu banyak, atau bahkan tidak ada orang lain, yang membawa bakul selain keluarga kami. Bakul itu dengan cepat ditemukan di ban berjalan yang mengantarkan barang-barang bagasi. {ST}

Jumat, 23 Maret 2018

Lima Roti Syukuran


              Setiap tahun perusahaan tempat saya numpang berkarya mengadakan syukuran. Sebagai wujud syukurnya, setiap orang mendapatkan  buah roti dalam sebuah kotak. Di kotak itu juga ada selembar kertas yang berisi ucapan syukur.
              Sejak pertama kali mendapatkan lima roti itu beberapa tahun yang lalu, saya langsung dapat ikut bersyukur. Bukan hanya karena dapat roti, tetapi karena teringat pada kisah lima roti dan 2 ikan. Lima roti dan 2 ikan itu, setelah diberkati, dapat memberi makan lebih dari lima ribu orang.
              Cerita itu sangat bermakna bagi kehidupan saya. Artinya orang yang memiliki sedikit, apabila diberkati akan dapat memberikan dampak bagi banyak orang. Lima roti yang diberikan saat syukuran itu, apabila digabungkan dengan “dua ikan” yang saya miliki, maka akan menjadi berkat bagi banyak orang. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini