Ana

Selasa, 13 Februari 2018

Swalayan Bersihkan Meja Sendiri




            Saat ini ada banyak tempat makan dan minum swalayan. Pengunjung memesan makanan, membayar tagihan, dan membawa makanannya sendiri ke meja. Untuk di Indonesia, proses swalayannya kebanyakan selesai sampai di situ. Di beberapa tempat, proses swalayan masih berlanjut sampai proses membersihkan meja.
            Sekarang ada beberapa tempat yang sepertinya ingin membudayakan membersihkan meja sendiri. Selain menempatkan tulisan, mereka juga memberikan tempat untuk menempatkan peralatan makan yang sudah digunakan beserta dengan tempat sampah.
            Membudayakan hal seperti ini memang perlu waktu. Di beberapa tempat yang saya kunjungi, belum semua pengunjung membersihkan mejanya sendiri. Masih banyak yang meninggalkan bekas makannya dengan sembarangan.
            Beberapa kenalan saya membandingkan kebiasaan itu dengan di luar negeri. Biasanya yang dimaksud dengan luar negerinya mereka adalah Amerika Serikat, Singapura, atau Australia. Kadang-kadang saya agak jengah mendengarnya karena pembandingan ini biasanya juga disertai dengan mencela kebiasaan beberapa oknum bangsanya sendiri. Lagi pula tidak semua luar negeri lebih baik daripada Indonesia. Coba aja bandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.
            Mengapa saya katakan beberapa oknum? Karena memang tidak semua orang Indonesia memiliki budaya meninggalkan bekas makannya sembarangan seperti itu. Saya berusaha untuk tidak semikian. Ada banyak budaya Indonesia yang menempatkan urusan makanan sebagai urusan yang serius. Urusan makan itu tidak hanya bagian memasukkan makanan ke dalam mulut saja. Urusannya dimulai sejak menyiapkan makanan, menyajikan, memakannya, sampai membereskan sisa-sisanya.
            Pada adat Dayak, urusan beres-beres makanan adalah urusan keluarga besar yang mengadakan acara. Saya masih ingat waktu kecil dulu saat menghadiri acara keluarga, setelah itu kami masih tinggal untuk memunguti piring-piring dan membawa ke tempat cucian. Kadang-kadang saya juga ikut mencuci piringnya bersama beberapa perempuan lainnya.
            Berhubung sering ikut memunguti piring dan gelas bekas pakai, maka saya pun sering menempatkan piring dan gelas yang saya gunakan di tempat yang sudah disediakan. Anak-anak sekarang kabarnya sudah tidak lagi mendapat kewajiban ikut beres-beres. Mungkin karena makanannya disediakan oleh katering. Tanggung jawab beres-beres pun menjadi tanggung jawab pengelola katering.
            Dalam adat Batak, urusan beres-beres bahkan ada pengaturannya tersendiri. Baik di Batak Toba dan Batak Karo, sudah ada ketentuan siapa yang akan “marhobas”, mengurusi urusan beres-beres.
            Kembali lagi kepada budaya membersihkan meja secara swalayan, saya yakin itu bisa dilakukan di Indonesia. Walaupun tidak mudah, tetapi itu adalah sesuatu yang mungkin untuk dilakukan. Untuk hasil yang lebih baik, tentunya harus dilakukan bersama-sama. Saya akan berusaha membereskan meja saya sendiri terutama apabila memang ada fasilitasnya. Saya juga akan mengajak orang-orang lainnya, termasuk siapa saja yang kebetulan nyasar ke blog ini. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini