Sejak kecil saya selalu mendengar
bahwa penulis bukanlah profesi yang menjanjikan. Menjanjikan maksudnya
menjanjikan penghasilan yang dapat menunjang kehidupan. Mungkin itu sebabnya
orang tua saya sepertinya tidak terlalu merestui cita-cita saya menjadi penulis.
Yang namanya cita-cita, saat saya tumbuh besar, adalah menjadi insinyur,
dokter, pilot, guru, tentara, dll. Itu cita-cita standard anak-anak semasa saya
tumbuh besar.
Menulis dapat dianggap sebagai kewajiban
semua orang karena semua orang memang umumnya bisa menulis. Menulis juga lebih
dianggap sebagai hobi. Kira-kira nasibnya seperti musik dan olahraga. Perlu
untuk dilakukan. Menjadi suatu kelebihan bagi yang menguasainya. Namun, tidak
untuk dijadikan profesi. Terutama di negeri ini, Indonesia.
Pekerjaan menulis yang paling umum dilakukan
adalah jurnalis. Pekerjaan yang dulunya pernah disebut sebagai kuli tinta ini
dianggap tidak menjanjikan. Kabarnya bayaran yang diterima kecil. Tak heran
para calon mertua yang punya calon menantu wartawan sering keberatan saat
anaknya dilamar.
Dalam
masa pertumbuhan saya, saya memang selalu ingin menjadi penulis apapun jenis
pekerjaan saya. Saya sudah beberapa kali berganti pekerjaan dan bidang
pekerjaan. Hampir semuanya saya barengi dengan kegiatan menulis. Sampai
akhirnya saya berpendapat menjadi penulis tidak perlu full time. Dilakukan secara sambilan pun bisa. Apalagi semua orang
itu kan memang diajari untuk menulis di sekolah dasar.
Saat
ini saya telah menjadi penulis penuh waktu. Saya juga memiliki kartu pers yang
menandakan saya seorang jurnalis. Saya sangat menikmati pekerjaan ini. Rasanya
lebih produktif karena saya menyukai apa yang saya kerjakan. Saya juga memiliki
beberapa impian dalam lingkup sebagai penulis. Suatu saat saya akan bagikan
impian saya di blog ini. Saat ini impian itu hanya mengisi buku impian saya.
Menurut saya, penulis adalah profesi yang menjanjikan. {ST}