Ana

Selasa, 27 Februari 2018

Ondel-Ondel di Hari Bebas Kendaraan Bermotor



            Salah satu yang paling menarik perhatian saya di Hari Bebas Kendaraan Bermotor adalah ondel-ondel. Rombongan ondel-ondel menampilkan aksinya di kerumunan orang. Ondel-ondel di Hari Bebas Kendaraan Bermotor biasanya aksinya lebih keren daripada yang terlihat ngamen di pinggir jalan.
            Menjelang siang hari, aksi ondel-ondel sudah agak berkurang. Banyak pemainnya yang beristirahat. Saya memotret sepasang ondel-ondel ini saat sepasang orang yang ada di dalamnya sedang beristirahat. {ST}

Minggu, 25 Februari 2018

Bunga Sawi Ternyata Warnanya Kuning





            Saya cukup sering makan sayur sawi. Sayuran ini sering dijadikan campuran pada bakso maupun mi instan. Selain itu, sawi juga cukup sering dimasak di rumah kami sebagai sayuran tumis. Sayuran hijau ini cukup mudah didapatkan. Sawi hampir selalu ada di di gerobak-gerobak sayur yang berkeliling menjajakan dagangannya.
            Walaupun sering melihat dan memakan sawi, saya hampir tidak pernah melihat sawi dalam bentuk aslinya yang tumbuh di tanah. Saya senang sekali saat melihat sawi di sebuah tempat makan di Jogja. Selain melihat daunnya yang hijau, saya juga baru tahu kalau sawi itu berbunga kuning, seperti di foto ini. {ST}

Jumat, 23 Februari 2018

Kancing Kuning Keponakan



  


              Saat membuka tempat koin di dompet, saya melihat kancing kuning ini. Kancing kuning ini pernah menempel di celana keponakan kecil saya. Kancing itu terlepas saat saya menemaninya main perosotan.
              Melihat kancing itu membuat saya teringat pada siang hari yang terik itu. Keponakan kecil saya itu mengajak saya bermain di sebuah taman bermain. Saya sebenarnya malas bermain di luar ruangan pada jam 1 siang di negara tropis ini. Namun, antusiasmenya membuat saya luluh.
              Saya akhirnya menemaninya bermain. Saya bermain ayunan. Itu satu-satunya permainan yang dapat saya mainkan, sih. Saya juga paling suka main ayunan sejak kecil. Sementara keponakan kecil saya yang berumur 4 tahun itu paling suka main perosotan. Ia bolak-balik main perosotan sampai tak terhitung banyaknya.
              Saya akhirnya duduk berteduh di teras bangunan sambil mengawasi keponakan saya yang bolak-balik naik ke perosotan dan meluncur turun. Dari gerkaan berulang-ulang itu, tiba-tiba gerakannya berubah. Anak kecil itu berjalan menuju saya. Setelah berada di dekat saya, ia melihat ke bagian bokongnya.
              “Waduh. Kamu gak mau pup, kan?” tanya saya agak panik. Saya tidak terlalu telatih mengurus anak kecil yang pup.
              “Enggaaak,” jawabnya polos.
              Anak kecil itu menunjuk ke kancing yang hampir terlepas di bagian bokongnya. Rupanya kancing itu membuat proses perosotannya agak terganggu. Atau mungkin juga kancing itu nyaris terlepas karena digunakan untuk meluncur terus. Entahlah.
              Saya akhirnya menarik kancing yang hampir lepas itu. Tidak perlu usaha keras untuk melepasnya. Benang yang mengikat kancing itu sudah terurai. Hanya tinggal menunggu waktu saja kancing itu terlepas dari letaknya semula. Saya mengambil kancing itu dan menyimpannya di dompet saya. Niatnya, kancing itu akan saya pasangkan kembali saat kembali ke rumah.
              Niat itu tidak kesampaian. Sampai kami pulang ke rumah tinggal kami masing-masing, kancing itu belum terpasang. Sepertinya kancing itu tidak akan pernah kembali ke celana tempatnya semula. Apalagi kami tinggal di kota yang berbeda. {ST}

Kamis, 22 Februari 2018

Tanaman Herbal yang Belum Diteliti Secara Ilmiah Khasiatnya




            Indonesia memiliki banyak sekali tumbuhan yang konon berkhasiat obat. Ada yang memang benar-benar dapat mengobati. Ada juga yang hanya mitosnya saja. Khasiatnya ada yang hanya 1 saja, ada juga yang sampai ribuan banyaknya.
            Kebanyakan herbal asal Indonesia ini diketahui khasiatnya dari pengetahuan dan cerita nenek moyang yang diturunkan turun-temurun. Herbal untuk penyakit sehari-hari kebanyakan memang sangat ampuh khasiatnya. Misalnya saja daun jambu biji untuk obat diare atau kunyit untuk obat sakit maag.
            Beberapa herbal lainnya disebut sebagai obat ajaib, yang dapat mengobati aneka penyakit yang tak tersembuhkan. Sarang semut, buah merah, dan bawang dayak termasuk dalam kategori ini. Konon kabarnya kanker dan diabetes pun dapat disembuhkan dengan obat-obatan ini.
            Mungkin memang benar tumbuhan herbal tersebut memiliki banyak khasiat. Hanya saja kebanyakan khasiatnya belum terbukti secara ilmiah. Biasanya informasi tentang obat-obatan tradisional ini juga dilengkapi dengan testimoni. Nah, testimoni inilah yang perlu dicermati. Ada yang benar-benar diberikan oleh orang yang sembuh karena obat ini, ada juga yang palsu. Yang sudah sembuh pun belum tentu karena efek dari obat tradisional itu. Iya, kan?
            Belum banyaknya penelitian ilmiah dan kesimpangsiuran informasi itu membuat obat tradisional dan obat modern berada pada 2 kubu yang berbeda. Kedua kubu ini saling bertentangan dan sering dijadikan perdebatan. Padahal sebenarnya kedua jenis obat-obatan ini dapat berada pada sisi yang sama, untuk membuat masyarakat lebih sehat.
            Setelah mencari-cari informasi, sebenarnya ada juga, kok, penelitian ilmiah untuk obat-obatan di Indonesia. Hasil penelitian itu diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Nah, jurnal ilmiah ini tidak terlalu mudah untuk dibaca, terutama oleh orang-orang yang malas membaca. Kebanyakan orang (yang malas membaca), menganggap jurnal ilmiah itu membosankan. Selain itu, jurnal ilmiah tidak selalu mudah untuk diakses. Ada jurnal ilmiah yang harus membayar dulu untuk membacanya. Ada juga yang perlu akses khusus.
            Saya berharap untuk ke depannya semakin banyak penelitian tentang khasiat obat-obatan herbal yang berasal dari Indonesia. Untuk meningkatkan minat masyarakat, saya mencoba menuliskan lebih banyak tentang tanaman khas Indonesia di media anak tempat saya numpang berkarya. Semoga saja para pembacanya mendapat inspirasi untuk melakukan penelitian ilmiah tentang tanaman herbal Indonesia di masa depan. {ST}

Rabu, 21 Februari 2018

Lukisan Merak Jantan dan Betina




              Merak (jantan) adalah binatang yang mengagumkan. Hewan ini berbulu indah dan cantik. Saya sudah beberapa kali menulis tentang merak, baik di media tempat saya numpang berkarya, di blog ini, atau juga di catatan harian yang tidak pernah dipublikasikan.
              Sepertinya tidak hanya saya yang kagum pada keindahan merak. Ada banyak karya seni yang terinspirasi dari merak. Baik berupa lukisan, kerajinan, ataupun karya sastra. Biasanya, saya juga tertarik pada karya-karya seni ini. Termasuk pada lukisan dinding ini.
              Pada lukisan ini, terlihat 2 ekor merak, jantan dan betina. Bulu ekor merak jantan tidak dikembangkan. Namun, keindahannya tetap dapat terlihat. Apalagi bulu-bulu itu terbuat dari bulu merak sungguhan. Tak jauh dari merak jantan, ada merak betina yang bentuknya seperti ayam hutan. Agak kontras memang, tetapi itulah kenyataannya di alam. Merak jantan yang “cantik” itu berpasangan dengan merak betina yang biasa aja di mata manusia. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini