Ana

Rabu, 10 Januari 2018

Orang yang Marah Karena Diklakson




            Kemarin malam saya pulang menggunakan bus transjakarta. Bus itu tidak terlalu penuh. Setelah beberapa halte, penumpangnya bahkan makin sedikit lagi. Pemandangan ini adalah salah satu yang dapat disyukuri saat perjalanan pulang kerja. Biasanya tempat duduk hampir selalu penuh. Kadang-kadang banyak pula yang berdiri.
            Orang yang awalnya duduk di sebelah saya memilih pindah ke tempat duduk paling ujung. Dia segera bersandar ke pinggir dan tidur. Beberapa lainnya juga memilih tempat duduk yang dianggap lebih nyaman. Saya yang sedang membaca buku tidak pindah tempat duduk. Tempat duduk saya sudah cukup nyaman.
            Setelah beberapa saat, bus yang saya tumpangi itu berhenti. Awalnya saya tidak sadar karena asyik membaca. Setelah beberapa lama, ada beberapa orang yang melintas di depan saya. Mereka mengarah ke depan bus. Rasanya, kok, ada yang janggal, ya. Biasanya yang berjalan bolak-balik hanya petugas bus atau saat ada yang mau turun.
            Tak lama kemudian perhatian seluruh penumpang terarah ke bagian depan bus. Di depan bus itu ada sebuah mobil putih yang berhenti. Di sekitarnya ada beberapa orang yang marah-marah. Pengemudi dan kondektur bus berada di hadapan mereka. Melihat pemandangan itu, sudah dapat ditebak kalau ada konflik antara pengemudi bus dan mobil itu. Saya menduga kuat telah terjadi tabrakan.
            Saya dan penumpang lainnya menanti cukup lama sampai akhirnya beberapa orang kehilangan kesabaran. Bus itu berhenti terlalu lama. Ketidaknyamanan itu masih ditambah dengan hiruk pikuk bunyi klakson di luar. Rupanya bus dan mobil itu berhenti tak jauh dari putaran. Akibatnya, terjadi kemacetan yang cukup parah.
            Saya dan beberapa penumpang ikut-ikutan melihat ke depan. Beberapa penumpang mengabadikan momen itu dengan kamera HP-nya. Ada yang memotret, ada yang merekam video. Perdebatan itu masih berlangsung dengan sengit.
            Yang terjadi ternyata bukan tabrakan. Pengemudi mobil putih di depan kami itu rupanya marah karena diklakson terus-menerus oleh bus yang kami tumpangi. Klakson itu dibunyikan bukan tanpa alasan. Mobil putih itu masuk ke dalam busway, jalur khusus bus. Hampir semua orang tahu kalau dia yang sebenarnya bersalah. Kok, malah dia yang marah?
            Setelah sekian lama berdebat, pengemudi itu berseru meminta bantuan para penumpang. Ia kewalahan menghadapi kemarahan pengemudi mobil putih itu. Saya salut dengan sikap tenang pengemudi itu. Walaupun sebenarnya ia yang benar, ia tidak balas mendamprat pengemudi yang tidak tahu aturan itu.
            Beberapa penumpang pria turun dari bus. Saya melihat ada beberapa orang yang berjalan mengelilingi mobil putih yang harganya tidaklah terlalu mahal itu. Beberapa lainnya ikut dalam perdebatan. Tentu saja mereka berada di sisi yang sama dengan pengemudi bus. Pengemudi mobil putih itu akhirnya menyerah. Bus kami pun akhirnya melanjutkan perjalanan.
            “Itu mobilnya gak ada lecetnya sama sekali, kok. Emang kenapa marah-marah, sih?” tanya seorang pemuda.
            “Karena diklakson-klakson,” jawab saya.
            “Dia masuk jalur busway,” jawab penumpang lain.
            Kata-kata celaan mulai bermunculan. Saya pun tidak tahan untuk mengomentari pengemudi mobil putih yang tidak tahu aturan itu. Beberapa penumpang saya lihat ada yang mengunggahnya ke media sosialnya, lengkap dengan ceritanya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini