Sudah
lama saya menjadi anggota Perpustakaan Nasional RI. Sebagai seorang yang suka
membaca, menjadi anggota perpustakaan adalah kewajiban. Beberapa tahun yang
lalu, saya secara rutin mengunjungi perpustakaan besar yang terletak di Jalan
Salemba, Jakarta.
Setelah
bertahun-tahun dan banyaknya kesibukan, saya tidak lagi sering berkunjung ke
Perpustakaan Nasional. Sampai akhirnya saya mendapatkan tugas untuk menghadiri
sebuah acara yang bertempat di Perpustakaan Nasional di Jalan Merdeka Selatan.
Saya
datang sebelum cara dimulai. Sambil menunggu, saya berjalan-jalan dan mengamati
gedung perpustakaan yang belum lama diresmikan itu. Saya melihat ada 1 lantai
khusus untuk pelayanan keanggotaan. Saya mengecek kartu anggota saya dan
memasukkan nomor anggota. Ternyata saya masih terdaftar. Hanya saja, kartu yang
ada di dompet saya itu sudah tidak berlaku lagi.
Saya
pun berniat memperbarui kartu anggota saya. Saya memasukkan nomor anggota untuk
mendapatkan nomor antrean di loket pelayanan. Angka yang ditunjukkan oleh nomor
yang keluar itu adalah 000. Angka yang aneh. Apalagi antrean sebelumnya menunjukkan angka 182.
Saya
pun bertanya pada petugas di tempat itu. Petugas yang masih muda itu mengamati
kertas kecil yang saya tunjukkan. Ia kemudian memanggil rekannya yang lebih
senior. Kedua orang itu sama-sama bingung melihat 3 buah nomor yang berjejeran
seperti 3 butir telur itu.
“Coba
ambil nomornya di komputer yang ujung sana,” saran bapak yang lebih senior.
“Baiklah,”
ucap saya sambil menuju komputer paling ujung.
Di
komputer itu, saya kembali memasukkan nomor anggota saya. Keluarlah nomor
antrean. Kali ini sepertinya nomor antreannya normal, ada 3 angka yang diawali
oleh angka 1.
Penantian
saya tidak lama. Hanya duduk beberapa saat nomor antrean saya sudah dipanggil.
Setelah itu proses untuk memperpanjang keanggotaan itu segera dilakukan. Kartu
baru saya langsung tercetak. Fotonya masih menggunakan foto yang lama. Foto
saya bertahun-tahun yang lalu. {ST}