Ana

Selasa, 26 Desember 2017

Kepergian Mendadak Seorang Teman yang Telah Menjadi Saudara




            Tanggal 23 Desember 2017, kami menerima berita duka. Lusy, teman saya yang juga adalah adik iparnya kakak saya, dikabarkan meninggal. Ia meninggal bersama dengan bayi yang ada di kandungannya. Berita ini sangat mengejutkan, dan juga membuat sedih. Apalagi saat itu adalah saat menjelang Natal. Saat di mana kebanyakan keluarga Kristen berkumpul bersama merayakan Natal.
            Saya mengenal Lusy sejak masih kecil. Kami pernah bertetangga saat tinggal di Kota Sampit, di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Kami bersekolah di sekolah yang sama. Saat itu, saya tidak terlalu akrab dengannya karena Lusy jarang bermain ke luar di siang hari. Dia adalah anak yang tidur siang di siang hari. Sementara saya, anak yang tidak suka tidur siang. Walaupun tidak terlalu akrab, saya tetap berteman dengannya.
            Bertahun-tahun kemudian, kami bertemu lagi, demikian pula kedua kakak kami. Singkat cerita, kedua kakak kami jadian dan akhirnya menikah. Dengan demikian, saya dan Lusy pun menjadi keluarga. Kami memiliki keponakan-keponakan lucu yang sama. Keponakan-keponakan lucu yang sangat aktif ini sering menjadi bahan perbincangan kami berdua saat bertemu.
            Beberapa tahun yang lalu, Lusy menikah. Saya hadir dalam pernikahannya. Selain hadir sebagai teman sekaligus keluarga, saya juga menjadi penjaga keponakan kecil saya yang masih bayi. Saat orang-orang dewasa lain sibuk mengurusi persiapan pernikahan, keponakan kecil yang baru berusia  enam bulan itu dititipkan ke saya. Selama berjam-jam saya bersama anak kecil lucu yang masih ompong itu. Momen itu sangat berkesan. Saya masih ingat sampai sekarang.
            Setelah menikah, Lusy dan suaminya pindah ke Bandung. Saya hampir tidak pernah bertemu lagi dengannya. Kami hanya berhubungan lewat media sosial. Hal-hal yang dibahas pun dapat dikatakan biasa saja. Saya tahu perkembangannya justru bukan dari Lusy, tetapi dari kakaknya, yang juga kakak ipar saya itu. Saya turut bersukacita saat mendengar kabar Lusy mengandung anak pertamanya. Namun, saya tidak terlalu memantau perkembangannya lagi sampai akhirnya mendengar kabar bahwa Lusy meninggal.
            Lusy sudah meninggal saat tiba di rumah sakit. Kepergiannya yang mendadak disesalkan banyak orang, terutama keluarga dekatnya. Keluarga dekatnya, tidak tahu bahwa kondisi Lusy cukup parah sampai membahayakan nyawanya dan juga bayinya. Sehari sebelumnya, Lusy dapat dikatakan masih biasa saja. Ia menyampaikan selamat hari ibu kepada ibunya.
         Saya dapat membayangkan bagaimana menyesal dan sedihnya keluarga yang ditinggalkan. Lusy meninggalkan suami, ibu, dan 2 orang kakak yang sangat berduka. Saya, yang dapat dikatakan tidak terlalu akrab pun, menangis sedih saat mendengar kepergiannya. Padahal, saya bukan orang yang cengeng, lo.
           Jenazah Lusy dibawa lewat jalan darat dari Bandung ke Jogja. Itu adalah pilihan transportasi satu-satunya saat itu. Pesawat tidak dapat menjadi pilihan karena semua penerbangan penuh. Lusy tiba di Jogja sehari sebelum Natal, tanggal 24 Desember 2017. Ia dimakamkan siang harinya di samping makam bapaknya.
Malam Natal kali ini agak berbeda bagi keluarga kami. Biasanya malam Natal selalu dilewati dengan sukacita, kali ini terselubung dukacita. Kami semua berduka atas kepergian Lusy yang mendadak. Semoga saja, semua yang ditinggalkan mendapatkan kekuatan dan penghiburan dari Tuhan untuk melanjutkan kehidupan. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini