Pada saat Hari Bebas Kendaraan
Bermotor (HBKB), saya melihat beberapa delman berderetan di dekat pusat
perbelanjaan Sarinah. Kehadiran mereka menarik perhatian saya. Selain karena
jarang bertemu, seingat saya delman pernah dilarang beredar di area sekitar
Monas. Daerah Sarinah itu, kan, enggak terlalu jauh dari Monas.
Saya memotret beberapa delman yang
saya temui. Ada yang sedang berjalan, ada juga yang sedang parkir di pojok
jalan menunggu penumpang. Sambil menyantap soto, saya mengamati delman-delman
itu. Saya bertanya-tanya sendiri, kuda-kuda itu sehari-harinya ada di mana?
Tentunya di tempat yang cukup jauh dari pusat kota. Pasti mereka datang ke
tempat ini dengan berjalan kaki.
Esoknya, saya membaca kabar tentang
seekor kuda yang kakinya patah. Kuda itu adalah penarik delman yang mangkal di
sekitar Sarinah. Saya langsung tersentak. Mungkin saja itu salah satu kuda yang
saya lihat kemarin. Saya langsung membaca tautan berita tentang kuda itu untuk
mencari tahu tentang nasibnya.
Kuda yang kakinya patah itu ditolong
oleh seorang dokter hewan. Namun, pertolongan itu tidak terlalu memadai karena
seharusnya ada beberapa tindakan yang tidak dapat dilakukan karena
keterbatasan. Salah satunya karena keterbatasan peralatan pada saat itu.
Pemilik kuda akhirnya memutuskan untuk membawa pulang kudanya menggunakan
mobil. Kuda yang kakinya patah ini rencananya akan dikirim ke tempat jagal
untuk disembelih.
Beberapa orang pecinta binatang
kemudian mengumpulkan uang untuk menebus kuda ini supaya tidak disembelih. Kuda
malang itu memang tidak disembelih, namun tetap menghadapi kematiannya di hari
yang sama. Kuda itu disuntik mati. Konon kabarnya, mati dengan cara ini tidak
terlalu menyakitkan bagi di kuda.
Kematian kuda delman
ini menjadi perbincangan tersendiri di media maya, terkait dengan wacana
mengembalikan delman ke daerah Monas. Banyak yang mencela kebijakan yang
dianggap tanpa pertimbangan itu. Ada juga yang menganggapnya hanya sebagai
perlawanan atas kebijakan pejabat sebelumnya.
Saya sendiri tidak
setuju apabila delman kembali beroperasi di kota sebesar Jakarta. Apalagi
apabila lalu lintasnya masih seperti sekarang ini. Ada sangat banyak kendaraan
bermotor di jalanan. Kondisi ini sangat berbahaya bagi keselamatan kuda maupun
penumpang delmannya. Lain halnya apabila tidak banyak kendaraan di Jakarta.
Delman tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Semacam
sarana untuk piknik gitu, deh. {ST}