Ana

Sabtu, 16 September 2017

Menulis Tentang Kapal Selam


            Saya mendapat tugas untuk menulis tentang kapal selam. Artikel ini ditujukan untuk pembaca anak-anak. Dari hasil penelitian, anak-anak ternyata memang suka tentang kapal selam, baik itu kapal selam sesungguhnya, atau juga cerita fiksinya.
            Kepopuleran kapal selam membuat hati saya ringan. Tentunya ada banyak bahan dari berbagai sumber. Saya juga yakin pasti ada orang yang ahli tentang kapal selam. Saya berencana untuk mewawancarainya untuk artikel saya itu.
            Ternyata kenyataannya tidak demikian. Sumber literasi tentang kapal selam tidak terlalu banyak. Kebanyakan kapal selam yang beroperasi sekarang ini memang informasinya tidak dibuka untuk umum. Beberapa di antaranya bahkan dapat digolongkan sebagai rahasia negara. Orang yang ahli tentang hal itu pun tidak banyak. Saya tidak berhasil mewawancarai seorang pun yang memang benar-benar ahli tentang kapal selam.
Akhirnya, saya pun kesulitan menyusun artikel saya. Perlu waktu 2 minggu untuk merampungkan artikel 2 halaman tentang kapal selam itu. Ini adalah salah satu artikel yang waktu penulisannya paling lama. {ST}

Rabu, 13 September 2017

Kelapa Sawit Tumpuan Hidup Mereka




            Hamparan perkebunan sawit terlihat dalam perjalanan saya di Kalimantan Tengah, tepatnya di Kabupaten Kotawaringin Barat. Saya takjub sekali melihatnya. Walaupun saya tahu di daerah itu banyak yang menanam kelapa sawit, saya belum pernah berada di tengah-tengahnya. Dari ukuran pohonnya, sudah dapat diterka kalau pohon-pohon itu sudah lama tumbuh di sana.
            Dari pengemudi yang mengantarkan, saya mengetahui ada banyak pekerja yang bekerja di kebun-kebun itu. Pekerjaan di dalam kebun itu bahkan dioperasikan oleh sebuah perusahaan besar. Perusahaan ini membangun perumahan dan fasilitas pemukiman di dalam perkebunan. Fasilitas itu juga termasuk sekolah bagi anak-anak pekerjanya.
            Saya sempat ngobrol dengan beberapa pengerja sekolah di dalam perkebunan. Ada yang menjadi guru, ada juga yang petugas tata usaha. Dari mereka saya mengetahui ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit adalah tumpuan hidup mereka.
Selama ini saya mengira pekerja yang diperlukan untuk perkebunan kelapa sawit hanya buruh. Ternyata tidak, lo. Ada berbagai macam profesi yang berada di dalam perkebunan itu. Pemukiman mereka dapat diaktakan sebagai kota kecil yang letaknya terpenci. Semua orang saling mengenal dan kehidupan mereka saling terkait.
Saya juga menanyakan apa jadinya kalau perkebunan itu ditutup? Dari penjelasan mereka, penutupan perkebunan itu akan mengakibatkan perubahan besar dalam kehidupan mereka. Perkebunan itu sudah menjadi bagian besar dalam kehidupan di tempat itu. Anak-anak yang sekolah di sana bahakan ada yang seumur hidupnya tinggal di tempat itu.
Bagi orang yang tinggal di kota besar seperti saya ini, perkebunan kelapa sawit citranya tidak terlalu bagus. Pembukaan lahan besar-besaran untuk perkebunan itu akan mengganggu habitat alami di tempat itu. Artinya juga akan mengganggu keseimbangan ekologi di tempat tiu. Fauna yang tergusur akan menjadi semacam hama bagi manusia. Saat berkunjung ke sana, saya jadi makin tahu bagaimana kompleksnya masalah ini. Semoga saja kelak ada solusi untuk hal ini. {ST}

Selasa, 12 September 2017

Buku Anak dari Luar Negeri




            Saat berkunjung ke toko buku, saya selalu mengamati buku-buku untuk anak. Kebiasaan ini sudah saya lakukan sejak lama, sebelum saya mendapatkan kesempatan berkarya di sebuah media anak. Selain mengagumi ceritanya, saya juga mengagumi gambarnya. Kadang-kadang ada pula buku yang bahannya layak dikagumi.
            Buku-buku anak, yang bahannya lebih baik, harganya lebih mahal. Buku-buku anak impor harganya bahkah lebih mahal lagi. Saya cukup sering membeli buku-buku seperti ini untuk anak-anak kecil yang saya kenal. Keponakan-keponakan saya yang paling sering saya belikan buku-buku itu. Bahannya yang kuat akan membuat buku itu tahan lama walaupun sudah dibaca berkali-kali.
Saya pernah menghadiri acara yang digagas oleh penerbit dari luar negeri. Penerbit itu sedang mencari penulis dan ilustrator yang karyanya bisa diterbitkan. Dari pertemuan itu saya baru tahu sedikit tentang industri buku anak di Eropa. Penulis dan ilustrator buku anak di sana umumnya karyanya tidak terlalu banyak. Dalam setahun mungkin hanya 1 buku. Waktu produksi yang lama itu karena pengerjaannya memang lama. Setiap lembar buku cerita itu diperlakukan seperti seni yang dibuat dengan tangan. Selain itu, penghasilan yang didapat di sana cukup banyak. Masyarakat Eropa memiliki tingkat baca yang tinggi. Kebanyakan mereka juga sadar akan hak cipta, sehingga mereka akan membeli barang yang asli walaupun harganya cukup tinggi. Begitu kira-kira penjelasannya.
Industri buku anak sampai saat ini masih baik. Orang tua anak-anak kecil masih percaya pada kekuatan buku yang dalam bentuk cetak. Buku cetak itu tidak hanya bisa dibaca, namun juga dapat dipegang. Adanya buku-buku cetak juga baik untuk perkembangan motorik anak-anak. Karena itu penulis dan ilustrator buku anak masih sangat diperlukan.
Saat mengikuti acara itu, saya menjadi tahu beberapa tips dan trik untuk membuat buku anak. Kebanyakan di antaranya sudah saya ketahui karena sama dengan membuat cerita bergambar di majalah tempat saya numpang berkarya. Karena itulah saya berjanji bahwa saya kelak akan menerbitkan buku anak. {ST}

Senin, 11 September 2017

Koin Star Wars




            Koin ini saya dapatkan pada saat menonton film Star Wars akhir tahun 2016. Koin ini menjadi semacam suvenir dari acara nonton bareng yang saya ikuti itu. Sebagai penggemar Star Wars, tentu saja saya senang sekali mendapatkannya.
            Sepulangnya ke rumah, saya bingung sendiri untuk menempatkan koin itu. Mau diletakkan di dompet, bikin penuh aja. Koin itu ukurannya lebih besar dari koin uang rupiah. Ujung-ujungnya saya letakkan di meja.
            Walaupun suka akan benda itu, saya belum dapat menemukan gunanya. Akhirnya saya menemukan guna koin itu, selain sebagai koleksi tentunya. Koin itu ternyata juga dapat digunakan untuk kerokan saat masuk angin. {ST}

Minggu, 10 September 2017

Pengalaman Diet GM




            Saya sudah 2 kali berniat melakukan diet GM. Yang pertama kali tidak berhasil baik karena saya tidak dapat menyelesaikannya. Saya sudah menyerah di hari kedua. Yang kedua tidak terlalu berhasil juga, sih. Begini ceritanya…
            Saya merencanakan melakukan diet bertepatan dengan hari libur Idul Adha tanggal 1 September 2017. Tidak ada perayaan atau kewajiban lain yang harus saya lakukan saat itu. Hari libur yang berdekatan dengan akhir minggu itu saya pilih karena memperhitungkan keadaan dan juga evaluasi dari percobaan diet sebelumnya. Sebelumnya, saya gagal karena tidak kuat saat seharian memakan sayur saja. Badan saya lemas, otak juga rasanya buntu. Tidak bisa berpikir sama sekali. Padahal saat itu saya sedang bekerja di kantor.
            Saya mengawali diet saya pada tanggal 31 Agustus 2017. Saya membeli aneka buah untuk mengawali diet saya. Buah-buahan itu saya potong-potong dan diletakkan dalam kontainer berbentuk kotak. Saya membawa buah itu ke kantor. Berhubung bawaannya berat, maka saya ke kantor menggunakan mobil.
Buah-buahan itulah yang menjadi bahan makanan saya sepanjang hari. Saya memakannya dengan menggunakan mangkok kecil. Entah berapa kali saya bolak-balik mengisi ulang mangkok saya. Saya berhenti menghitungnya di hitungan ke-5. Diet hari pertama ini dapat dikatakan sukses. Seharian itu saya memang hanya memakan buah.
Hari kedua, harinya makan sayur, saya lewati di rumah. Sambil makan sayuran, saya menonton TV. Saat itu banyak tayangan tentang masakan daging, terutama kambing. Tampilan masakan itu membuat saya agak ngiler, apalagi setelah seharian makan sayur bening. Saya juga menambah menu saya dengan tumis buncis yang lebih ada rasanya ketimbang sayur bening. Hari kedua ini tidak berlangsung lancar. Tubuh saya lemas sekali. Menjelang malam akhirnya saya makan sedikit nasi untuk nenambah tenaga. Dapat dikatakan diet saya gagal.
Hari ketiga perjuangannya lebih berat. Hari ketiga yang jatuh di hari Sabtu ini saya ada acara di luar rumah. Dari rumah saya berniat hanya makan buah dan sayur saja. Namun niat itu tidak terlaksana di jam makan siang. Menu yang disajikan tidak ada sayurnya. Buah yang ada hanya buah pisang. Padahal, dalam diet hari ketiga ini seharusnya tidak boleh makan buah pisang.
Diet hari ketiga makin kacau saat saya berkunjung ke IKEA. Di tempat ini ada banyak makanan Swedia. Saya memilih makan ikan dan sayur. Setelah itu, saya tidak lagi memikirkan diet saya yang sudah terlanjur kacau itu. Malamnya saya makan ikan bakar dan udang rebus.
Hari 4, 5, dan 6 berjalan relatif lancar. Menu makan protein lumayan memberi tenaga. Kegiatan tidak terlalu terganggu. Baru pada hari ke-7 dietnya gagal lagi. Saya tidak punya beras merah. Kantin yang biasanya menjual nasi merah juga kali ini tidak menjualnya. Akhirnya saya makan seperti biasa saja. Saya bertekad akan mengulai diet ini sebulan lagi. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini