Saat
bepergian, saya hampir selalu menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh.
Biasanya saya membeli makanan, supaya bisa dinikmati bersama baik di kantor
atau di rumah. Kebiasaan ini, walaupun kadang-kadang membuat kantong agak
bokek, tetap saya lakukan. Membawa oleh-oleh semacam sarana untuk berbagi
sukacita bagi saya.
Jogja
adalah salah satu kota yang memiliki paling banyak jenis oleh-oleh berupa
makanan. Harganya pun tidak seberapa. Ada yang murah banget, ada yang agak
mahal. Kalau yang mahal banget rasanya hampir tidak ada. Saya hampir selalu
membawa oleh-oleh saat kembali ke Jakarta dari kota ini. Penjual oleh-oleh pun
sangat banyak. Bakpia, oleh-oleh khas kota ini, dijual di banyak tempat dengan
mutu yang hampir sama.
Kemudahan
untuk mendapatkan oleh-oleh di Jogja membuat saya menunda-nunda untuk
membelinya. Dalam perjalanan terakhir saya ke Jogja, saya menundanya sampai
beberapa jam sebelum kepergian saya. Saya pikir saya dapat membelinya dalam
perjalanan ke bandara.
Ternyata
perkiraan saya meleset. Perjalanan ke bandara memakan waktu cukup lama karena
padatnya lalu lintas. Perjalanan yang dulunya memakan waktu tidak sampai
setengah jam, kali ini memakan waktu lebih dari 1 jam. Saya deg-degan hampir
selama perjalanan karena takut ketinggalan pesawat. Akhirnya saya memutuskan
untuk tidak membeli oleh-oleh akrena tidak sempat. {ST}