Saya
sempat menunggu cukup lama pada saat penerbangan terakhir saya. Penantian itu
saya lewatkan dengan membaca buku. Saya baru sadar penantian itu memakan waktu
lama saat anak kecil yang duduk tak jauh dari saya mendadak rewel. Anak itu
sudah ingin sekali terbang, namun pesawat yang lami tumpangi itu tak kunjung
bergerak. Saat melihat jam tangan, barulah terlihat kalau saya sudah duduk di
tempat yang sama selama lebih dari 20 menit.
“Pesawatnya
mogok, ya?” tanya anak itu.
Saya
tersenyum mendengar pertanyaan polosnya. Pertanyaan itu dijawab dengan gumaman
tak jelas dari ibunya. Gumaman itu kemudian mengundang banyak pertanyaan lagi,
yang dijawab dengan lebih tidak jelas.
Tak
jauh dari situ ada penumpang yang berebutan tempat duduk. Perdebatan itu
dilerai oleh awak pesawat dengan meminta mereka menunjukkan boarding pass. Perdebatan itu masih
berlanjut karena ternyata nomor kursi yang tercantum di boarding pass itu sama. Setelah diteliti, salah seorangnya salah
naik pesawat.
Perhatian
saya kemudian beralih pada petugas yang menghitung jumlah penumpang menggunakan
counter. Perasaan saya, kejadian itu sudah pernah, deh. Saya juga melihat ada
petugas yang menghitung penumpang tak lama setelah saya membuka buku saya yang
belum berkonsentrasi membaca.
Tak
lama kemudian terdengar pengumuman tentang nomor pesawat dan peringatan utnuk
mengecek nomor pesawat beserta tujuannya supaya tidak salah naik pesawat. Saya
menduga penerbangan itu tertunda karena ada beberapa penumpang yang salah naik
pesawat. Hal itu wajar saja karena ada beberapa pesawat dengan tujuan sama yang
diparkir di apron saat itu. {ST}