Orang tua
saya sudah cukup lama berniat mau ke Jogja. Cucu–cucu mereka, alias
keponakan–keponakan saya, tinggal di Jogja. Hanya saja mereka tidak dapat
segera mewujudkannya karena berbagai alasan. Baru pada pertengahan bulan Agustus 2017 inilah rencana itu terwujud.
Perkembangan
pelayanan kereta api beberapa tahun ini cukup pesat. Kecanggihan dan kenyamanan
itu, yang terkait dengan teknologi terkini, kadang-kadang malah membuat orang
seangkatan orang tua saya bingung. Kebingungan itu tentunya akan ditambah pula
dengan penanganan barang bawaan yang harus dilakukan mandiri. Itu sebabnya kami
bersaudara sepakat supaya ada salah satu anaknya yang ikut dalam perjalanan
bersama orang tua kami. Saya yang menemani mereka naik kereta api.
Saya
membeli tiket kereta api secara online. Saya juga memilih tempat duduknya
berdekatan. Berhubung kami jalan bertiga, saya memiliih 2 tempat duduk
berpasangan dan sebuah lagi di belakangnya. Dua dari 3 kursi itu berada di
dekat jendela. Mamah yang berniat untuk melihat pemandangan sudah pasti akan
menduduki kursi dekat jendela.
Kursi
dekat jendela yang satunya lagi, rencananya akan saya duduki sendiri. Saya
memang suka duduk dekat jendela. Selain itu, akan lebih tepat rasanya kalau
Mamah duduk berdua dengan Papah dan saya duduk di belakangnya. Ternyata Papah
juga mau duduk dekat jendela. Saya pun akhirnya mengalah. Saya cukup sering
bepergian, sementara Papah belum tentu akan bisa naik kereta api lagi dalam
waktu dekat ini.
Mamah
melihat-lihat ke luar jendela hampir selama perjalanan. Sepertinya dia senang
sekali melihat sawah dan pohon-pohon. Banyak sekali pohon yang dikomentarinya.
Mamah hanya tidur sebentar tak lama setelah makan. Papah juga sepertinya cukup
menikmati pemandangan. Perjalanan ini semacam piknik bagi mereka.
Siangnya,
kami membeli makan siang di Reska, restoran kereta api. Restoran ini menempati
gerbong sendiri. Letaknya 2 gerbong dari gerbong yang kami tempati. Kami
berjalan ke sana dengan langkah goyah, sejalan dengan pergerakan kereta api.
Setelah makan, kami kembali berjalan terombang-ambing menuju gerbong kami.
Perjalanan
selama 8 jam itu membuat badan agak pegal. Saya yang masih muda saja merasa
pegal. Orang tua saya apalagi. Mereka langsung beristirahat tak lama saat tiba
di penginapan. Walaupun lelah, sepertinya perjalanan ini menyenangkan bagi
mereka. Saya pun ikut senang. {ST}