Ana

Minggu, 02 Juli 2017

Pelangkah dari Adik




            Adik saya lebih dulu menikah dari saya. Saya merestuinya dengan tulus ikhlas sepenuh hati. Saya turut berbahagia dan bersyukur atas momen spesial di hidupnya itu. Saya juga turut membantu persiapan pernikahan dan juga pelaksanaannya. 
            Salah satu budaya yang ada di Indonesia adalah memberikan pelangkah kepada kakak yang belum menikah. Budaya ini tampaknya ada di hampir setiap daerah di Indonesia ini sehingga dianggap sebagai sesuatu yang wajib dilakukan. Itu pula yang dilakukan di keluarga kami.
            Walaupun sudah dianggap sebagai budaya yang wajar, ternyata tidak ada ketentuan yang jelas tentang pelangkah ini. Barang yang dijadikan sebagai pelangkah umumnya terserah pada kakaknya. Dari beberapa cerita yang saya dengar ada kakak yang meminta barang berharga mahal kepada adiknya yang akan menikah. Ada juga yang hanya sekedarnya sebagai formalitas saja.
            Saya sebenarnya tidak terlalu memusingkan hal ini. Tidak ada barang yang diberikan sebagai simbol pelangkah pun tidak apaapa. Atau barang yang tidak terlalu bernilai juga oke, kok. Namun, kenyataannya tidak semudah itu. Kata “terserah” memang kadang membuat bingung. Akhirnya adik saya meminta kakaknya ini untuk menemaninya pergi ke mall dan membeli sendiri apa yang akan menjadi pelangkahnya.
            Awalnya saya mau membeli sepatu. Saat itu saya memang memerlukan sepatu baru karena sepatu lama saya sudah terlihat kerusakannya. Kerusakannya itu tepatnya nyaris jebol. Sepatu untuk kaki ukuran saya biasanya cukup mudah didapat. Ukuran kaki saya termasuk standard dan biasanya memang selalu ada di antara stok toko.
Alasan lainnya karena adik saya yang akan menikah ini sangat suka sepatu. Sepatu yang dijadikan pelangkah seakan sebagai penghubung di antara kegemarannya dan “kewajibannya” kepada kakak yang dilangkahinya.
Seperti sudah saya tuliskan sebelumnya, kenyataannya tidak semudah itu. Pencarian sepatu yang pas tidak mudah. Itu masih ditambah saya yang galau, mau membeli sepatu pantofel menggantikan sepatu saya yang nyaris jebol, atau sepatu pesta untuk menghadiri pernikahan adik saya. Akhirnya saya memilih sepatu yang saya anggap tepat untuk kedua acara itu. Saya bersorak senang saat menemukan ukuran yang tepat. Namun saya mendadak diam saat melihat harganya. Harganya mahal sekali, berkali lipat dibandingkan budget yang disediakan adik saya. Kasihan juga kalau dia harus mengeluarkan biaya sebesar itu. Saya jadi tidak tega. Walaupun mungkin saja dia tetap akan mengeluarkan dananya kalau saya meminta.
Setelah mencari selama beberapa jam, akhirnya saya menemukan apa yang saya inginkan, yaitu sebuah dompet. Dompet itu menarik perhatian saya saat adik adik saya sedang melihat lihat tas. Saya memang mencari sebuah dompet baru menggantikan dompet saya yang retsletingnya rusak. Adik saya kemudian membelikan dompet itu untuk saya. Kami pun pulang dengan lega sambil membawa barang yang akan menjadi pelangkah itu.
Beberapa hari kemudian, ketika saatnya makin dekat, ada beberapa komentar tentang pelangkah itu. Ada yang mengatakan bahwa segitu sebenarnya kurang. Ada yang mengatakan harusnya memberi pakaian. Macammacam, deh. Hampir semuanya kami abaikan he he he... Yang jelas, dengan atau tanpa pelangkah, saya tetap merestui pernikahan adik saya. Saya mendoakan semoga dia dan pasangannya dapat membentuk keluarga bahagia yang menjadi berkat bagi dunia. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini