Sejak bulan Mei 2017, kantor kami
gonjang–ganjing oleh pensiun dini
yang ditawarkan perusahaan. Banyak yang galau dengan panawaran ini. Ada juga
yang yakin akan mengambil kesempatan ini. Saya tidak mengambilnya karena saya
suka pekerjaan saya. Lagipula, bila dibandingkan dengan rekan lainnya, saya
belum lama berkarya di sini.
Ada 7 orang dari unit bisnis tempat
saya bergabung yang mengambil peluang ini. Mereka adalah bagian dari ratusan
orang lainnya yang mengambil kesempatan yang sama. Dengan segala pertimbangan,
mereka memutuskan untuk tidak lagi menjadi bagian perusahaan.
Peristiwa ini sebenarnya peristiwa
biasa. Rekan kerja yang resign bukan
hal baru bagi saya. Saya pun pernah resign
dari tempat saya bekerja sebelumnya. Namun yang kali ini terasa berbeda. Kali
ini saya merasa kehilangan. Kehilangan itu juga dirasakan oleh rekan lainnya.
Di majalah tempat saya bergabung
sekarang ini, rekan kerja juga adalah teman. Karena sudah akrab dan sering makan
bersama, rasanya sudah seperti keluarga. Yeah, bayangkan saja bagaimana rasanya
berpisah dengan keluarga yang sudah akrab. Pasti merasa kehilangan.
Saya makin merasa kehilangan karena
saya tidak ada di hari terakhir mereka bekerja. Saya sedang cuti karena ada
acara keluarga. Hmmm.... Mungkin sebenarnya itu juga sesuatu yang harus
disyukuri karena ada beberapa teman yang malah tidak dapat konsentrasi bekerja
karena sedih. Bahkan ada yang sampai menangis.
Beberapa hari kemudian kami
berkumpul untuk makan bersama. Ada kenang kenangan yang diberikan kepada
mereka. Mereka juga menyampaikan rasa syukur mereka karena pernah bergabung di
media anak tempat kami berkarya itu. Rasa syukur itu juga disertai harapan
supaya majalah Bobo tetap terus berjaya. Saya jadi terharu. Brau kali ini ada
orang yang resign benar benar tulus
mendoakan perusahaan yang ditinggalkannya. Semoga mereka semua dapat menjalani
masa pensiunnya dengan gembira. {ST}