Akhir-akhir
ini ada beberapa orang yang memanggil saya Jeng Ana, padahal biasanya tidak
demikian. Nama panggilan saya memang Ana, namun tidak semua orang menambahkan
kata Jeng di depannya. Mereka juga kadang-kadang menyambungnya dengan celetukan
tentang pengobatan herbal. Terus terang saya kurang paham mengapa tahu-tahu
yang dibicarakan tentang pengobatan herbal.
Rupanya
Jeng Ana sempat menjadi viral di dunia maya. Saya tidak terlalu memantaunya
karena sempat terputus dengan dunia internet selama beberapa hari. Kalaupun
punya akses internet, sepertinya saya juga tidak terlalu peduli dengan sepak
terjangnya di dunia pengobatan alternatif itu.
Jeng
Ana menjadi terkenal karena pernah tampil di TV membawakan acara kesehatan dan
pengobatan alternatif. Yang membuatnya terkenal bukan keahliannya, tetapi
karena kengawurannya. Jeng Ana dengan berani mengungkapkan kata-kata bernuansa
medis yang ternyata penjelasannya salah. Bahkan ada dokter yang mengatakan
penjelasannya salah semua alias ngawur.
Kengawurannya
itu membuat gerah para dokter. Bahkan ada yang sampai mengadukannya ke KPI
karena apa yang disampaikannya adalah pembodohan kepada masyarakat.
Rasa
penasaran saya pada Jeng Ana membuat saya mencari informasinya di internet. Ada
banyak artikel yang membahas kengawuran Jeng Ana. Ada juga yang “membelanya”. Pencarian
saya kemudian sampai kepada situs pengobatan herbal itu. Saya membacanya
sekilas. Di dalamnya ada cerita tentang mati suri, mimpi, dan semacam dongeng.
Saya, sih, tidak akan mempercayakan urusan kesehatan saya kepada yang seperti
ini. Saya juga jadi gerah kalau disamakan dengan orang itu karena ada kesamaan
nama. Saya bukan Jeng Ana yang “itu”. {ST}