Saya mendapat email rutin dari
sebuah layanan di mana saya menjadi pelanggannya. Email rutin itu memberikan
informasi tentang kebijakan dan juga promosi yang diberikan kepada pelanggan
setianya. Email itu awalnya saya terima sebagai hal biasa, sampai akhirnya saya
merasa terganggu karena selalu disapa dengan sebutan “Bapak”.
Sapaan “Bapak” adalah sapaan yang
sopan untuk seorang lelaki dewasa. Untuk seorang perempuan seperti saya ini,
sebutan itu tidak tepat. Sebutan yang tidak tepat kadang kadang memang terjadi
pada orang yang namanya tidak mencerminkan gendernya, misalnya Eka, Dwi, atau
Tri. Nama saya Sylvana, nama yang umumnya digunakan oleh
perempuan. Kenyataannya, saya memang perempuan.
Terus-terusan mendapat sebutan yang tidak
tepat membuat saya makin
terganggu. Apalagi email itu selalu menyapa
saya sebagai pelanggan setia. Bagaimana tidak setia, saya sudah menjadi
pelanggannya selama lebih dari 10 tahun. Saya yang setia namun mereka tidak.
Orang yang setia tidak akan salah sebut asal-asalan.
Suatu
hari, akhirnya saya membalas email itu.
“Tolong jangan memanggil saya Bapak. Terima kasih.” Hanya itu isi surat balasan
saya. Surat itu tidak ditanggapi langsung. Namun ada perubahan di email
berikutnya. Saya tidak lagi disapa dengan sebutan “Bapak”. {ST}