Ana

Kamis, 01 Juni 2017

Desa Sungai Tabuk, Desa Nelayan Rajungan





            Desa Sungai Tabuk di Kabupaten Sukamara adalah desa nelayan rajungan. Ya, mereka adalah nelayan yang khusus menangkap rajungan, “adiknya” kepiting. Rajungan bentuknya seperti kepiting. Yang membedakan adalah kulitnya yang lebih lunak dan dagingnya yang lebih sedikit.
            Saya tertarik saat mendengar mereka hanya menangkap rajungan. Bagaimana caranya mereka tahu bahwa yang mereka tangkap adalah rajungan? Bagaimana kalau jala mereka menangkap yang lain-lain juga?
            Saya menemui seorang nelayan di muara Sungai Tabuk. Muara sungai itu dipenuhi oleh kapal-kapal nelayan saat sore hari. Kapal-kapal itu sudah kembali dari laut sejak siang hari. Di sore hari, hampir semuanya sudah kembali ke sarangnya, di muara Sungai Tabuk.
            Nelayan itu menjawab pertanyaan saya dengan kisah hidupnya. Ia juga adalah nelayan rajungan di pesisir pantai Kalimantan Tengah yang menghadap Laut Jawa itu. Kehidupannya sebagai nelayan dimulai saat ia menikahi putri seorang nelayan. Ayah mertuanya yang kemudian mengajarkannya cara mencari rajungan.
            Rajungan hidup di dasar laut. Karena itu jala untuk menangkap rajungan harus mencapai dasar laut. Jala itu tidak terlalu lebar. Paling-paling lebarnya hanya sekitar 1 meter. Ada pemberat yang digunakan supaya jala itu tetap berada di dasar laut. Jala yang ditebar kemudian ditinggalkan selama beberapa jam.
Hasil yang mereka dapatkan tak tentu. Kadang-kadang banyak, kadang-kadang sedikit. Apabila sedang ada badai, maka rajungan yang tertangkap banyak. Sepertinya rajungan itu keluar dari tempat persembunyiannya. Saat keadaan laut sedang tenang, rajungan berada di tengah laut, sehingga susah ditangkap.
Rajungan hasil tangkapan para nelayan langsung diproses tak lama setelah tiba di pelabuhan. Rajungan-rajungan itu dipilih berdasarkan ukuran dan juga kualitasnya, kemudian dibersihkan. Ada beberapa rajungan yang dibiarkan hidup dan dijual dalam keadaan hidup. Rajungan hasil tangkapan itu kemudian dijual ke pasar sampai ke daerah lain.
Saat saya datang sore itu, tidak ada seekor pun rajungan yang tersisa untuk saya cicipi. Rajungan yang berkualitas baik dijual. Sebagiannya ada yang menjadi bahan makanan keluarga. Sampai catatan ini dibuat, saya belum sepmat mencicipi rajungan tangkapan nelayan Desa Sungai Tabuk. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini