Akhir
bulan April 2017 saya mendapat tugas ke Sukamara, Kalimantan Tengah. Saya
menyambut gembira tugas ini karena saya belum pernah ke sana. Saya yang
bercita-cita ingin keliling dunia ini juga berniat mengunjungi daerah-daerah di
pulau tempat saya dilahirkan, Kalimantan.
Walaupun pernah tinggal di Kalimantan Tengah selama
bertahun-tahun, saya belum pernah ke Sukamara. Tempat itu sangat jauh dari
tempat tinggal saya dulu. Apabila ditempuh dengan mobil, perlu waktu perjalanan
seharian untuk tiba di Sukamara dari Palangkaraya.
Sukamara adalah kota yang menjadi ibu kota Kabupaten
Sukamara. Letaknya di tepi Sungai Jelai, tak terlalu jauh dari pantai Laut
Jawa. Kabupaten Sukamara adalah kabupaten baru, usianya baru beberapa belas
tahun. Sebelumnya, wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten Sukamara itu adalah
bagian dari Kabupaten Kotawaringin Barat.
Untuk mencapai Sukamara, saya harus naik mobil dari
Pangkalan Bun, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Barat. Saya dan teman-teman
terbang dari Jakarta, transit di Semarang, barulah kemudian mendarat di
Pangkalan Bun. Dari Pangkalan Bun, kami harus mencari kendaraan ke Sukamara.
Ada beberapa mobil travel yang rutin beroperasi
bolak-balik Sukamara – Pangkalan Bun setiap harinya. Saat itu hanya tersisa
sebuah mobil di pangkalan. Mobil Toyota Inova itu kotor sekali. Mobil itu
memperoleh “bedak tebal” nya dalam perjalanan sebelumnya. Saya dan kedua teman
saya harus bersyukur karena saat itu hanya kami bertiga yang hendak ke
Sukamara. Mobil Toyota Inova itu penumpangnya hanya kami. Dengan membayar harga
sewa yang biasa, kami seakan-akan carter mobil.
Perjalanan itu biasanya dapat ditempuh sekitar 2 jam.
“Biasa” dalam hal ini artinya tidak hujan. Kalau hujan, sudah dapat dipastikan
perjalanan akan memakan waktu lebih lama. Nah, hari itu hujan turun sejak pagi.
Hujan itu membuat ruas jalan yang sebagian berupa tanah itu becek berlumpur.
Hujan juga membuat beberapa ruas jalan terbenam. Hujan reda saat kami mau
pergi. Dalam perjalanan, hujan kembali turun.
Saya dan teman-teman berencana untuk tidur dalam
perjalanan itu. Kami yang sudah berada di bandara sejak subuh semuanya menguap
ngantuk. Saya juga ngantuk sekali. Kopi yang saya minum setelah makan siang
tidak terlalu terasa efeknya. Kabin kendaraan yang lega membuat kami semua
tertidur sampai akhirnya kami semua terbangun serentak.
Jalan mulus beraspal telah berakhir. Kami memasuki
ruas jalan tanah yang licin. Beberapa genangan membuat perjalanan kami makin
menegangkan. Kami tidak tahu kedalaman genangan berair keruh itu. Penumpang
yang duduk di belakang terlonjak-lonjak saat mobil melewati genangan yang
ternyata lubang itu. Selain genangan air, ada juga lintasan air. Air itu mengalir
melintasi jalan. Lintasan air ini juga harus diwaspadai. Perlu keahlian khusus
untuk melintasinya.
Salah satu yang membuat perjalanan kami makin seru
adalah selip. Ya, mobil kami sempat selip alias tergelincir akibat licinnya
jalan. Pengemudi kami sepertinya sudah biasa mengalaminya sehingga sikapnya pun
biasa saja. Berbeda dengan kami yang hampir tidak pernah mengalaminya. Saya
sendir cukup panik saat mobil yang saya tumpangi itu tidak maju-maju walaupun
pedal gas sudah diinjak. Saya makin panik saat mobil itu malah meluncur ke
samping.
Setelah 3 jam lebih di perjalanan, akhirnya kami
sampai di Sukamara. Mobil yang kami tumpangi lumpurnya bertambah tebal. Saat
itu hari sudah menjelang sore. Kami langsung menuju penginapan. Tidak banyak
hal yang kami lakukan hari itu di Sukamara. Kami langsung beristirahat karena
kelelahan. {ST}