Ana

Kamis, 11 Mei 2017

Perjalanan ke Sukamara





            Akhir bulan April 2017 saya mendapat tugas ke Sukamara, Kalimantan Tengah. Saya menyambut gembira tugas ini karena saya belum pernah ke sana. Saya yang bercita-cita ingin keliling dunia ini juga berniat mengunjungi daerah-daerah di pulau tempat saya dilahirkan, Kalimantan.
Walaupun pernah tinggal di Kalimantan Tengah selama bertahun-tahun, saya belum pernah ke Sukamara. Tempat itu sangat jauh dari tempat tinggal saya dulu. Apabila ditempuh dengan mobil, perlu waktu perjalanan seharian untuk tiba di Sukamara dari Palangkaraya.
Sukamara adalah kota yang menjadi ibu kota Kabupaten Sukamara. Letaknya di tepi Sungai Jelai, tak terlalu jauh dari pantai Laut Jawa. Kabupaten Sukamara adalah kabupaten baru, usianya baru beberapa belas tahun. Sebelumnya, wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten Sukamara itu adalah bagian dari Kabupaten Kotawaringin Barat.
Untuk mencapai Sukamara, saya harus naik mobil dari Pangkalan Bun, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Barat. Saya dan teman-teman terbang dari Jakarta, transit di Semarang, barulah kemudian mendarat di Pangkalan Bun. Dari Pangkalan Bun, kami harus mencari kendaraan ke Sukamara.
Ada beberapa mobil travel yang rutin beroperasi bolak-balik Sukamara – Pangkalan Bun setiap harinya. Saat itu hanya tersisa sebuah mobil di pangkalan. Mobil Toyota Inova itu kotor sekali. Mobil itu memperoleh “bedak tebal” nya dalam perjalanan sebelumnya. Saya dan kedua teman saya harus bersyukur karena saat itu hanya kami bertiga yang hendak ke Sukamara. Mobil Toyota Inova itu penumpangnya hanya kami. Dengan membayar harga sewa yang biasa, kami seakan-akan carter mobil.
Perjalanan itu biasanya dapat ditempuh sekitar 2 jam. “Biasa” dalam hal ini artinya tidak hujan. Kalau hujan, sudah dapat dipastikan perjalanan akan memakan waktu lebih lama. Nah, hari itu hujan turun sejak pagi. Hujan itu membuat ruas jalan yang sebagian berupa tanah itu becek berlumpur. Hujan juga membuat beberapa ruas jalan terbenam. Hujan reda saat kami mau pergi. Dalam perjalanan, hujan kembali turun.
Saya dan teman-teman berencana untuk tidur dalam perjalanan itu. Kami yang sudah berada di bandara sejak subuh semuanya menguap ngantuk. Saya juga ngantuk sekali. Kopi yang saya minum setelah makan siang tidak terlalu terasa efeknya. Kabin kendaraan yang lega membuat kami semua tertidur sampai akhirnya kami semua terbangun serentak.
Jalan mulus beraspal telah berakhir. Kami memasuki ruas jalan tanah yang licin. Beberapa genangan membuat perjalanan kami makin menegangkan. Kami tidak tahu kedalaman genangan berair keruh itu. Penumpang yang duduk di belakang terlonjak-lonjak saat mobil melewati genangan yang ternyata lubang itu. Selain genangan air, ada juga lintasan air. Air itu mengalir melintasi jalan. Lintasan air ini juga harus diwaspadai. Perlu keahlian khusus untuk melintasinya.
Salah satu yang membuat perjalanan kami makin seru adalah selip. Ya, mobil kami sempat selip alias tergelincir akibat licinnya jalan. Pengemudi kami sepertinya sudah biasa mengalaminya sehingga sikapnya pun biasa saja. Berbeda dengan kami yang hampir tidak pernah mengalaminya. Saya sendir cukup panik saat mobil yang saya tumpangi itu tidak maju-maju walaupun pedal gas sudah diinjak. Saya makin panik saat mobil itu malah meluncur ke samping.
Setelah 3 jam lebih di perjalanan, akhirnya kami sampai di Sukamara. Mobil yang kami tumpangi lumpurnya bertambah tebal. Saat itu hari sudah menjelang sore. Kami langsung menuju penginapan. Tidak banyak hal yang kami lakukan hari itu di Sukamara. Kami langsung beristirahat karena kelelahan. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini