Suatu
kali saya ke toko perlengkapan komputer. Saya mau membeli hard disk eksternal
untuk menyimpan foto-foto hasil jepretan saya. Saya juga sekalian mau
memindahkan file di hard disk lama yang sepertinya rusak. Hard disk itu tidak
terbaca di laptop saya.
Seorang
pria dengan sigap membantu saya. Ia membongkar hard disk lama itu dengan
cekatan. Dari hasil pengamatan dan pengujiannya, diketahui hard disk itu tidak
rusak. Hanya kabelnya saja yang rusak. Saya senang sekali mendengarnya karena
itu artinya semua file di dalam hard disk itu tidak hilang dan dapat saya akses
kembali. Saya sangat bersyukur. Rasanya seperti menemukan kembali harta karun
yang telah lama hilang.
Saya
harus menunggu cukup lama untuk memindahkan file di hard disk lama itu.
Akhirnya tidak semua file bisa dipindahkan saat itu karena keterbatasan waktu.
Hari sudah beranjak sore dan say aharus segera pergi karena ada kegiatan
lainnya.
“Bang,
ongkosnya berapa?” tanya saya.
“Ongkosnya?
Gak usahlah, gitu doang,” kilahnya.
“Wah,
masa enggak ada?” kejar saya.
“Wong
enggak ngapa-ngapain,” ujarnya.
Bagi
saya, apa yang dia lakukan bukan “gitu doang” atau “enggak ngapa-ngapain”. Itu
adalah sesuatu yang sangat berarti, bagaikan menemukan harta karun. Terlepas
dari nilainya bagi saya, apa yang dia lakukan adalah jasa. Jasa yang dia
lakukan belum tentu dapat dilakukan oleh orang lain. Saya, sih, tidak bisa
melakukan apa yang dia lakukan. Sudah selayaknya jasa itu dihargai.
Saya
tetap memberikan uang pengganti jasa yang dia berikan. Dia menatap heran pada
uang yang saya selipkan di tangannya.
“Banyak
banget, Mbak,” ujarnya.
Kalau
dibandingkan dengan jasa tukang parkir atau polisi cepean di pengkolan, uang
yang saya berikan itu memang besar. Buat saya, jasanya lebih dari itu. Seperti
saya tuliskan sebelumnya, jasanya itu bagaikan menemukan harta karun yang telah
lama hilang. Apa yang saya berikan padanya tidak ada artinya dibandingkan
dengan harta karun yang telah ditemukan.
Di
sisi lain, saya merasa kagum sekaligus kasihan pada mas yang berhasil membuka
hard disk saya itu. Saya kagum atas ketulusannya menolong. Namun, saya juga
kasihan karena dia belum dapat menghargai jasanya sendiri. Entahlah. Atau, dia
memang rendah hati? {ST}