Roti
buaya selalu ada dalam pernikahan adat Betawi. Saya sudah beberapa kali
melihatnya. Namun, baru 1 kali menyantapnya. Itu pun tidak dalam cara
pernikahan Betawi. Roti yang saya santap itu tadinya sebagai pajangan dalam
cara bertema makanan tradisional. Roti itu sudah keras dan tidak terlalu enak.
Saya
tidak ingat lagi tentang roti buaya sampai kemudian melihatnya di sebuah toko
kue yang terkenal enak. Sepasang roti buaya itu sudah dibungkus cantik. Ya,
roti buaya untuk acara pernikahan memang selalu ada 2, berpasangan seperti
pengantinnya.
Roti
buaya ternyata menyimbolkan kesetiaan dan kemapanan. Konon kabarnya (yang
terbukti secara ilmiah tidak benar) buaya hanya memiliki 1 pasangan selama
hidupnya. Buaya yang sabar menunggu mangsa juga menandakan sifat setianya.
Pengantin yang menikah diharapkan akan setia seperti buaya ini.
Saya
sempat terperanjat saat tahu bahwa buaya dikira memiliki 1 pasangan saja. Dari
tayangan TV yang pernah saya lihat, buaya jantan selalu menaklukkan para betina
yang berada di wilayah kekuasaannya. Saat penguasa baru datang, para betina itu
pun berganti pasangan. Saya tahu karena cukup sering menonton tayangan tentang
kehidupan liar, sebagai hiburan dan juga pengetahuan.
Seekor
buaya penguasa dapat dikatakan adalah ayah bagi anak-anak buaya di daerah
kekuasaannya. Induk jantan dan betina buaya tidak hidup bersama. Buaya jantan
berkelana sendirian. Mereka juga tidak merawat anaknya bersama-sama. Ayah dan
anak buaya ini kemungkinan juga tidak saling mengenal dalam kehidupannya.
Sebenarnya bukanlah sesuatu yang seharusnya dicontoh oleh manusia.
Terlepas
dari kehidupan buaya di alam liar, makna roti buaya yang mengharapkan kesetiaan
tentunya patut dihargai. Mungkin pada saat roti buaya ini dibuat, memang ada
buaya yang setia pada pasangannya sampai maut memisahkan. Bukankah memang
selalu ada makhluk yang menyimpang dari sifat alaminya?
Roti
buaya zaman dulu ternyata memang dibuat keras dan tidak enak. Roti ini tidak
untuk dimakan, tetapi dibiarkan sampai rusak dengan sendirinya. Itu
menyimbolkan kedua pengantin itu menjalani kehidupannya bersama sampai tua dan
maut memisahkan. Sepertinya roti yang semacam inilah yang pernah saya makan
dulu itu.
Saat
ini kabarnya roti buaya dibuat dari bahan yang lebih enak, sehingga dapat
dimakan setelah digunakan. Kemungkinan roti buaya yang saya liat di toko kue
itu rasanya enak. Toko kue yang saya datangi itu memang menjual kue-kue yang
rasanya enak. {ST}