Ana

Rabu, 08 Maret 2017

Tekanan Darah Meningkat Saat yang Memeriksa Jutek




            Seorang kerabat saya mengatakan tekanan darahnya sering tinggi, apalagi kalau sedang marah atau sebal. Tekanan darahnya kabarnya pernah berubah-ubah naik turun hanya dalam waktu singkat. Saya menjadi tertarik mendengarnya. Unik juga, ya.
            Ternyata yang membuatnya “naik darah” adalah orang yang mengecek darahnya. Kalau orangnya ramah, maka tekanan darahnya normal. Kalau orangnya jutek, maka tekanannya tinggi. Tekanan darah tinggi itu masih ditambah dengan wajah yang merengut kesal.
Saya tertawa mendengar penjelasannya itu. Saat diceritakan dengan ekspresif, kesannya lucu. Namun setelah dipikir-pikir sepertinya tidak lucu sama sekali. Malah agak memprihatinkan. Tekanan darah yang berpengaruh pada kesehatan, kok, tergantung pada orang lain.
Dulunya, saya juga pernah seperti itu. Saya menjadi lebih jutek dari orang yang ngejutekin. Saya juga sering marah kalau sambutan orang tidak berkenan. Dengan bertambahnya umur, saya tidak lagi menjadi seperti itu. Respon saya tidak tergantung pada orang lain. Saya tetap bersikap ramah pada orang yang jutek. Saya juga bisa marah pada orang yang terlalu ramah.
Perubahan saya itu tidak terjadi secara instan, melainkan perlu proses selama bertahun-tahun. Pengetahuan dan pengalaman membuat saya menjadi orang yang dapat memilih respon apa saat terjadi sesuatu.
Kembali pada tekanan darah yang naik, sepertinya kok malah rugi, ya, menjadi orang yang seperti itu. Masa kesehatan tergantung pada sikap orang lain. Bagaimana kalau orang tersebut memang bawaannya jutek. Masa kita harus “naik darah” karena orang yang bawaan lahirnya seperti itu? {ST}

Popular Posts

Isi blog ini