Ana

Senin, 06 Maret 2017

Efek Penjurusan Saat Sekolah




            Sudah sejak lama ada penjurusan minat di sekolah menengah atas. Penjruusan itu kemudian akan menentukan masa depan orang tersebut. Entah sejak kapan sistem ini dimulai, yang jelas saya mengalaminya dan merasakan dampaknya.
            Saat SMA, saya mengambil jurusan IPA. Saat itu, saya memang berminat pada ilmu pengetahuan alam. Nilai-nilai saya pun bagus. Bagi saya, hampir tidak ada masalah untuk belajar eksakta. Selain memiliki minat pada pelajaran eksakta, saya juga suka menulis. Sempat terpikir juga untuk mengambil jurusan bahasa, karena saya suka membaca.
            Pada saat saya masih SMA, jurusan IPA dianggap lebih bergengsi. Anak-anak yang masuk jurusan IPA dianggap lebih cerdas. Anggapan itu mungkin diukur dengan IQ-nya yang memang rata-rata lebih tinggi. Menjadi anak yang dianggap cerdas tentu saja menyenangkan. Ada 1 lagi kelebihannya. Anak-anak IPA boleh pindah ke IPS dan bahasa. Sementara yang IPS dan bahasa tidak boleh berpindah ke IPA.
            Di sisi lain, anak-anak IPS dan bahasa menganggap anak IPA adalah anak serius yang enggak gaul. Memang tidak bisa dipungkiri banyak anak IPA yang serius dan tidak gaul seperti saya ini. Namun, sebenarnya banyak juga yang tidak demikian. Sifat seseorang tidak bisa dihakimi hanya karena jurusan sekolahnya.
            Dalam masa dewasa saya, efek penjurusan saat sekolah menengah itu masih terasa. Banyak orang yang membatasi dirinya sendiri karena merasa tidak mamu, atau bukan bidangnya. Contohnya, banyak orang yang tidak mau tahu tentang kimia atau biologi karena dulunya mereka mengambil jurusan IPS atau bahasa.
Memang benar, anak-anak IPA dapat memindahkan perhatiannya ke IPS atau bahasa. Saya, sih, bisa. Entahlah orang lainnya bagaimana. Saya juga berminat pada bidang sosial dan bahasa. Saya bahkan menjadi penulis di media anak. Suatu profesi yang memerlukan modal sosial dan bahasa.
            Menurut saya, sebenarnya orang-orang yang mengambil jurusan IPS atau bahasa dapat juga mengalihkan perhatiannya kepada IPA. IPA adalah ilmu pengetahuan alam, dan kita hidup di dalam alam. Semua manusia, apapun jurusannya, terhubung dengan alam.
            Contoh mudahnya untuk masalah kesehatan. Semua orang ingin sehat. Untuk menjadi sehat, perlu pengetahuan dan juga kebiasaan yang baik. Pengetahuan itu kebanyakan berakar dari IPA. Untuk mengobati perut mules, sebaiknya pasien tahu dulu mulesnya karena apa, kemudian baru ketahuan cara penanganannya. Pengetahuan ini adalah bagian dari ilmu biologi. Pengobatannya dari ilmu farmasi. Semudah itu praktiknya dalam kehidupan nyata. Ada kalanya kehidupan kita tidak perlu dipisahkan menjadi bidang atau jurusan.
            Saya sangat setuju adanya penjurusan di sekolah atau di bidang pekerjaan. Itu akan membentuk spesialisasi dan fokus sehingga karya yang dihasilkan makin baik. Namun, saya tidak setuju jika itu membatasi orang untuk menambah wawasannya tentang bidang lain karena merasa itu bukan bidangnya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini