Setelah
hiruk pikuk kampanye calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, akhirnya
tibalah waktu yang dinantikan. Hari Rabu tanggal 15 Februari 2017 menjadi
tanggal yang bersejarah. Hari itu dilaksanakan pilkada untuk memilih gubernur
dan wakil gubernur yang akan memimpin DKI Jakarta selama 4 tahun ke depan.
Ada 3
pasangan calon yang mengikuti pilkada DKI Jakarta. Pasangan Agus – Sylvi,
Pasangan Ahok – Djarot, Pasangan Anies – Sandi. Ketiga bakal calon ini bersaing
dengan sengit. Gaung persaingan mereka tidak hanya terasa di kota yang akan
mereka pimpin, lo. Gaungnya sampai ke luar daerah bahkan sampai ke mancanegara.
Pemilihan
suara kali ini disambut dengan antusias oleh sejumlah warga. Orang-orang yang
dulunya tidak terlalu peduli pada pilkada mendadak ikut perhatian. Saya yang
sebenarnya tidak terlalu suka mengamati pergerakan politik juga ikut-ikutan.
Kabarnya pada pilkada kali ini orang yang tidak memilih alias golput sangat
sedikit. Hampir semua warga ibu kota ingin ikut berpartisipasi. Beberapa orang
kenalan saya yang biasanya bermukim di kota lain, kembali ke Jakarta demi
menggunakan hak pilihnya.

Hari Rabu tanggal 15
Februari, seisi rumah kami sudah siap sedia sejak pagi. Kami bersama-sama pergi
ke tempat pemungutan suara menggunakan bajaj biru. Kendaraan khas Jakarta itu
seakan-akan menjadi simbol bagi pilihan kami untuk kota Jakarta tercinta.
Saya kembali mengecek
nama saya di daftar pemilih tetap. Rasanya saya ingin meyakinkan diri sekali
lagi kalau saya dapat menggunakan hak pilih saya pada hari itu. Kami mencoblos
pasangan calon pilihan kami, kemudian menandai jari kami dengan tinta ungu. {ST}