Ana

Minggu, 12 Februari 2017

Pos Satpam Bukan Tempat Penitipan Barang




            Di gereja tempat saya berbakti ada sebuah pos satpam yang sering dijadikan tempat penitipan barang. Penitipan di tempat ini tidak hanya untuk menitipkan barang milik sendiri tetapi juga menitipkannya kepada orang lain. Menurut saya, itu bukanlah sesuatu yang tepat. Namun, sepertinya semua orang menganggap hal itu adalah sesuatu yang wajar, sehingga saya pun agak segan menyampaikannya secara langsung kepada orang lain. Kalau dipikir-pikir (saat itu), hal itu bukanlah hal yang penting-penting amat. Akhirnya, saya pun menganggap hal itu sebagai sesuatu yang wajar.
            Saya mulai agak terusik saat ada orang yang marah-marah karena titipannya tidak tersampaikan kepada tujuannya. Kemarahannya itu tidak hanya tentang titipan yang tak tersampaikan, tetapi juga tentang kelalaian lainnya dari para satpam yang bertugas.
            Tidak bisa dipungkiri, memang pernah terjadi kelalaian petugas keamanan di situ, namun itu tidak termasuk soal titipan barang. Titip-menitip barang itu sebenarnya bukanlah tanggung jawab petugas keamanan. Mereka mengerjakannya (mungkin) karena tidak berani menolak, atau karena menganggap itu sudah menjadi kebiasaan yang wajar.
            Petugas keamanan yang dimarahi karena lalai menjaga keamanan adalah sesuatu yang dapat dipahami. Wong, memang itu tugasnya, kok. Nah, kalau dimarahi karena sesuatu yang bukan tanggung jawabnya? Itu adalah sesuatu yang tidak wajar.
            Menurut saya, waktu dan tenaga petugas keamanan lebih baik digunakan untuk meningkatkan kompetensi dalam bidang keamanan. Waktu kerjanya difokuskan memang untuk menjaga keamanan, untuk mengamati orang-orang tak dikenal yang tiba-tiba datang ke lingkungan tersebut. Bukannya malah mengamati orang-orang yang sudah dikenal untuk memberikan titipan barang.
            Suatu kali, saya pernah menitipkan barang di sebuah supermarket. Saat mau mengambil barang, saya melihat seorang petugas keamanan di dekat loket. Saya pun menyerahkan bukti penitipan kepadanya.
            “Maaf, Mbak. Saya petugas keamanan,” katanya tegas.
            Jawaban tegasnya tidak membuat saya tersinggung. Saya malah salut pada ketegasannya. Memang benar dia adalah petugas keamanan, bukan petugas penitipan barang. Dalam hal ini, sayalah yang salah. Mungkin karena saya terbiasa dengan penitipan barang di pos satpam gereja. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini