Ana

Jumat, 10 Februari 2017

Orang yang Mau Menipu Papah




            Belum lama ini ada orang yang mau menipu Papah, alias bapak saya. Kami bersyukur penipuan itu segera terbongkar, dan penipuan itu tidak sampai menimbulkan dampak yang merugikan. Penipuan itu segera diketahui karena adik saya melihat gelagat yang mencurigakan.
            Papah saat ini sedang membuka peluang untuk menyewakan salah satu rumahnya yang berada di Palangkaraya. Orang itu, sang penipu, menghubungi Papah seakan-akan berminat untuk menyewa. Ia menghubungi Papah berkali-kali selama berhari-hari sampai akhirnya ada kesepakatan di antara mereka. Kesepakatannya adalah mereka bertemu di lokasi rumah, orang itu akan memberikan DP sebagai tanda jadi.
Orang itu menanyakan nomor rekening untuk transfer dananya. Saya membantu Papah untuk mengirimkan nomor rekening dan nama Papah. Tak lama kemudian, orang itu menghubungi Papah lagi bahwa dia sudah transfer dana. Dia meminta Papah untuk mengecek saldonya. Adik saya yang menemani papah mengecek saldo ke ATM.
Menurut Papah, saldonya tidak bertambah sebanyak yang disampaikan oleh sang penipu yang mengaku bernama Anang Hermawan itu. Ia kemudian menyampaikannya ke si Anang. Anehnya, si Anang itu malah menanyakan jumlah saldo di rekening Papah. Saat itulah adik saya curiga. Saldo penerima dana bukanlah urusan orang yang mau transfer dana. Adik saya kemudian mengambil alih pembicaraan di telepon. Setelah kedoknya terbongkar, sambungan telepon itu dimatikan. Nomor telepon itu kemudian tidak pernah dapat dihubungi lagi.
Saat tahu Papah nyaris kena tipu, saya sedih. Di saat yang sama juga bersyukur karena tidak menjadi korban. Namun tetap saja saya dongkol. Papah sudah membeli tiket untuk pertemuan itu. Saya yang membantu membelinya secara online.
Saya kemudian berkali-kali mencoba menghubungi nomor telepon yang telah berkali-kali menghubungi bapak saya itu. Berkali-kali pula saya mendapati bahwa nomor itu tidak digunakan, atau pesawat HP-nya dimatikan. Saya kemudian berkali-kali mengirimkan SMS. SMS saya itu sepertinya tak sampai ke tujuannya.
Baru belakangan saya sadar, “meneror” sang penipu itu tidak terlalu berguna. Sepertinya ia sudah melarikan diri, menghilang. Semoga saja dia segera bertobat, mendapatakn nafkah yang halal, dan tidak mengulangi perbuatannya lagi. Peristiwa ini juga menjadi pelajaran bagi kami, terutama Papah, untuk waspada akan bahaya penipuan di luar sana. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini