Di gereja tempat saya sering
beribadah ada banyak sekali Alkitab yang
ketinggalan. Alkitab-Alkitab itu ditempatkan dalam sebuah lemari yang dapat
dilihat oleh semua orang. Di dekat lemari itu ada tulisan yang memberitahukan
bagaimana cara untuk mengambil Alkitab miliknya yang ketinggalan. Caranya
dengan menghubungi petugas di kantor gereja dan kemudian menandatangani tanda
terima saat telah menerimanya.
Beberapa
Alkitab itu ada yang kondisinya sudah buruk rupa. Yang seperti ini mungkin
memang sengaja ditinggalkan oleh pemiliknya. Ada juga yang kondisinya masih
baik. Yang paling mengejutkan bagi saya adalah Alkitab kuning yang biasanya
diberikan kepada pasangan yang baru menikah.
Setelah
pemberkatan pernikahan, setiap pasangan yang menikah di gereja selalu mendapat
Alkitab sebagai bekal hidupnya. Alkitab itu adalah harta milik mereka bersama.
Pasangan-pasangan yang saya kenal biasanya selalu menjaga Alkitab ini dengan
baik. Ada yang selalu membacanya, ada juga yang tidak mau terlalu sering
membukanya karena takut merusaknya. Tipe yang tidak mau terlalu sering
membukanya memilih membuka Alkitab yang lain, buku lain atau yang ada di
telepon pintar. Namun, saya tidak pernah mengenal orang yang sengaja
meninggalkannya.
Beberapa
waktu yang lalu, saya pernah menemukan Alkitab kuning yang tertinggal. Saya
segera menyampaikannya ke kantor gereja karena saya yakin pemiliknya akan
merasa kehilangan kemudian mencarinya. Benar saja dugaan saya. Seorang pria
muda datang menanyakan Alkitab itu minggu depannya. Di belakangnya ada
pasangannya yang berwajah penuh harap. Sepasang manusia itu kemudian
menunjukkan wajah gembira saat menemukan Alkitab mereka.
Akhir-akhir
ini, saya juga sering menemukan Alkitab kuning yang sejenis. Alkitab itu tidak
ada yang mencari selama beberapa minggu. Kadang-kadang ada yang meminjamnya
saat ada acara yang memerlukan pembacaan Alkitab. Entahlah, apakah
pasangan-pasangan itu tidak memerlukannya lagi atau mereka tidak menganggap
penting benda itu. {ST}