Saat
berkunjung ke desa asal Papah di hulu Sungai Kahayan, saya bertemu dengan
seorang anak bertampang bosan. Namanya Nelson. Anak ini ikut ayahnya
mengunjungi kami. Ayah anak itu sepertinya masih berkerabat dengan kami. Dengan
demikian Nelson pun masih berkerabat dengan saya.
Saya
dapat mengerti wajah bosan yang ditampilkan Nelson. Menemani orang tua
berbincang dengan orang dewasa lainnya memang kadang-kadang membosankan.
Apalagi kalau yang dibicarakan adalah anak-anaknya. Mereka berbicara
seakan-akan anak-anak itu tidak ada di situ. Kalaupun ada, dianggap tidak ada.
Atau malah tidak dianggap sama sekali.
Waktu
kecil dulu saya termasuk anak yang bosan mengikuti acara seperti ini.
Kadang-kadang saya tidak berhasil menyembunyikan ketidaksukaan saya. Apalagi
kalau yang dijadikan topik pembicaraan adalah saya sendiri. Siapa, sih, yang
suka dijadikan bahan pembicaraan? Apalagi kalau yang dibahas adalah
kekurangannya.
Saya
mengerti kekesalan Nelson karena ayahnya mengatakan bahwa anak bungsunya itu
agak pemalas. Sukanya bermain saja. Anak itu tidak suka membantu ayahnya
menyadap karet atau mencari rotan. Nelson bahkan pernah tidak naik kelas.
Pantas saja Nelson manyun.
Saya
tidak ingin menambah penderitaan Nelson. Lebih baik saya berbincang hal yang
lain saja. Saya kemudian memberikannya sebuah buku. Ini juga sebagai wujud
nyata gerakan #1Traveler1Book yang saya dukung. Buku itu penuh gambar dan
dicetak dengan kertas mengkilap yang bagus. Buku itu tentang laut.
Wajah
Nelson tetap cemberut saat saya berikan buku itu. Setelah itu dia menunduk.
Saya tidak lagi memaksanya bicara. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya,
saya dapat mengerti wajah bosan yang ditampilkan Nelson. Pada saat seperti itu,
saya tidak akan mau diajak bercakap-cakap. Apalagi percakapanya bersifat
basa-basi.
Sementara
orang-orang dewasa kembali bercakap-cakap, Nelson sesekali membuka buku
barunya. Saya bisa melihat ketertarikan di wajahnya yang menunduk. Saya harap,
kelak Nelson dapat melihat lautan, seperti yang ada di buku barunya itu. Selama
ini ia hanya berada di sekitar desa asalnya, tempatnya dilahirkan. Mungkin dia
akan mengukir karya besar di lautan. Semoga saja. {ST}