Saya
adalah pengagum gajah. Saat ini, saya juga menjadi penulis naskah cerita
bergambar dengan tokoh gajah kecil baik hati yang berbelalai panjang. Itu
membuat saya memiliki semacam hubungan emosional dengan gajah. Hampir semua
figur gajah menarik perhatian saya, termasuk lukisan gajah yang ada di dinding
hotel yang saya inapi ini.
Keponakan
saya yang masih berusia 2 tahun sepertinya juga menaruh perhatian pada lukisan
itu. Dia bolak-balik ke depan lukisan itu, menunjuk-nunjuknya kemudian tertawa.
Saya yang sedang mengejar-ngejarnya juga ikut-ikutan tertawa melihat tingkah
polahnya yang lucu itu.
“Cuit
cuit,” seru keponakan kecil saya itu.
Sambil
tertawa riang saya agak heran mengapa dia malah bilang “cuit”. Apakah dia
tahunya gajah itu berbunyi “cuit”? Mungkin dengan usia segitu pengetahuannya
belum sampai pada bunyi gajah. Bunyi gajah agak seperti sapi, kadang-kadang
seperti terompet.
Keponakan
saya itu bolak-balik bercuit-cuit sampai akhirnya saya melihat gambar-gambar
yang ada di dalam gambar gajah itu. Di dalam gambar gajah itu tergambar
burung-burung, dan kebanyakan burung berbunyi “cuit”. Itulah yang bolak-balik
ditunjuk oleh keponakan kecil saya itu. Si cuit ini jumlahnya lebih banyak dari
gajah. Sepertinya dia lebih fokus melihat cuit, sementara saya lebih fokus
melihat gajah. {ST}