Butuh bujang alias rumput belulang
sangat akrab dengan masa kecil saya di Kalimantan. Bagian buah dari tumbuhan
ini berbentuk duri tajam yang dapat melekat dengan mudah di kain. Butuh bujang
ini kerap menghiasi kaus kaki yang saya gunakan saat kecil dulu. Perlu
ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk membersihkannya. Membuang butuh
bujang dari pakaian, terus terang saja bukanlah kegiatan yang menyenangkan.
Selama ini saya memang mengenal
rumput itu sebagai butuh bujang. Baru belakangan saya sadar kalau “butuh
bujang” di Kalimantan itu artinya agak-agak saru. Nama rumput belulang baru
saya kenal akhir-akhir ini.
Setelah bertahun-tahun meninggalkan
masa kecil, saya tidak ingat lagi pada butuh bujang yang menyebalkan itu. Saya
baru teringat lagi saat menjelajah kampung halaman saya di Kalimantan. Banyak
sekali butuh bujang yang menempel di celana panjang saya.
Saya cukup sering berjalan-jalan di
pulau-pulau lainnya, namun jarang bertemu dengan butuh bujang seganas yang ada
di kampung halaman saya itu. Di beberapa tempat lain, butuh bujangnya dapat
dibersihkan dengan mudah. Hanya dengan menyentuhnya, sudah langsung jatuh
terlepas. Berbeda dengan butuh bujang di kampung halaman saya yang betah
melekat erat pada bahan pakaian. {ST}