Ana

Selasa, 13 Desember 2016

Sepak Bola yang Menyatukan Bangsa





            Saya adalah pengagum sepak bola namun bukan penggemar sepak bola. Bagaimana bisa? Karena saya sebenarnya kurang paham tentang sepak bola dan cara memainkannya. Saya kagum pada olahraga di lapangan hijau itu karena dapat menyatukan bangsa dan juga pemainnya banyak yang ganteng-ganteng he he he…
            Sepak bola adalah olahraga yang sangat terkenal, termasuk di Indonesia. Hampir setiap orang dapat memainkannya. Minimal menendang bolanya, deh. Hampir setiap siaran pertandingan sepak bola selalu menarik perhatian penggemarnya. Hampir setiap pertandingan selalu memiliki pendukung. Kadang pendukung sepak bola adalah pendukung fanatik. Mereka penggemar berat tim kesayangannya.
            Sepak bola juga bisa menyatukan bangsa. Dukungan warga negara pada timnya yang bertanding melawan tim negara lain membangkitkan nasionalisme. Itu adalah sesuatu yang baik bagi negara yang saya tinggali ini, Indonesia. Negara yang memiliki ratusan juta warga negara ini sering bertengkar hanya karena perbedaan pendapat.
            Di awal bulan Desember 2016 ini, bangsa Indonesia seakan terpecah karena perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat ini agak pelik karena melibatkan agama dan kepercayaan. Perbedaan pendapat seperti ini biasanya tidak akan dapat disepakati sampai kapan pun juga. Solusi terbaiknya adalah dengan menerima bahwa masing-masing pihak memiliki perbedaan. Perbedaan tidak harus disamakan. Masing-masing pihak harus sepakat untuk tidak sepakat.
            Pada bulan Desember 2016 ini pula ada Piala AFF, kejuaraan sepak bola yang melibatkan negara-negara Asia Tenggara. Indonesia ambil bagian di dalamnya. Pertandingan Indonesia melawan Vietnam hari Jumat tanggal 9 Desember 2016 yang lalu membuat semangat kebangsaan dan persatuan Indonesia kembali muncul. Antusiasme itu berlanjut sampai beberapa hari berikutnya.
            Dalam perjalanan ke kantor pada hari Selasa, 13 Desember 2016, saya melihat ada kerumunan massa di sekitar Stasiun Gambir. Kerumunan itu berpusat di sekitar markas Kostrad yang berada di seberang Stasiun Gambir. Sekumpulan orang itu membuat ruas jalan menjadi sempit dan menimbulkan kemacetan. Bus yang saya tumpangi pun terjebak kemacetan. Saya yang sedang membaca segera mengalihkan perhatian pada sesuatu yang membuat jalanan macet itu.
            Petugas Transjakarta segera menjelaskan apa yang terjadi tanpa diminta. Rupanya dia merasa perlu menjelaskan pada para penumpang yang hampir semuanya memandang ke arah luar. Kerumunan orang itu adalah para suporter Timnas Indonesia. Mereka mengantre tiket gratis untuk menyaksikan pertandingannya langsung di Stadion Pakansari, Bogor hari Sabtu, 17 Desember 2016. Pembagian itu dimulai pada pukul 8 pagi namun orang-orang sudah berdatangan sejak subuh. Bahkan kabarnya ada yang sudah datang ke tempat itu sejak malamnya.
            “Kirain ada demo lagi,” celetuk seorang ibu yang duduknya tak jauh dari saya.
            “Iya, kirain ada demo lagi,” sahut saya. Saya memang mengira ada demonstrasi karena sekarang ini sedang “musim”nya.
            Saya memotret kerumunan itu beberapa kali. Saya cukup kagum karena mereka terlihat tertib. Biasanya ketertiban suporter sepak bola di Indonesia agak kurang. Mungkin karena pengaruh para prajurit Kostrad berpakaian hijau loreng yang ada di situ. Orang-orang itu ada yang berbaris, ada yang duduk. Yang paling menarik adalah yang berbaris di jembatan penyeberangan.
            Saya segera mencari berita tentang hal ini saat tiba di kantor. Ternyata semua informasi yang diberikan oleh petugas Transjakarta itu benar. Memang sudah ada orang yang menanti sejak malam harinya. Setelah berjam-jam mengantre ternyata ada juga yang pingsan dan mendapat pertolongan dari para tentara.
            Saya berharap pertandingan ini dapat menggugah persatuan Indonesia. Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu dalam hal mendukung Tim Nasional Indonesia. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini