Saya
adalah pengagum sepak bola namun bukan penggemar sepak bola. Bagaimana bisa?
Karena saya sebenarnya kurang paham tentang sepak bola dan cara memainkannya. Saya
kagum pada olahraga di lapangan hijau itu karena dapat menyatukan bangsa dan juga
pemainnya banyak yang ganteng-ganteng he he he…
Sepak
bola adalah olahraga yang sangat terkenal, termasuk di Indonesia. Hampir setiap
orang dapat memainkannya. Minimal menendang bolanya, deh. Hampir setiap siaran
pertandingan sepak bola selalu menarik perhatian penggemarnya. Hampir setiap
pertandingan selalu memiliki pendukung. Kadang pendukung sepak bola adalah
pendukung fanatik. Mereka penggemar berat tim kesayangannya.
Sepak
bola juga bisa menyatukan bangsa. Dukungan warga negara pada timnya yang
bertanding melawan tim negara lain membangkitkan nasionalisme. Itu adalah
sesuatu yang baik bagi negara yang saya tinggali ini, Indonesia. Negara yang
memiliki ratusan juta warga negara ini sering bertengkar hanya karena perbedaan
pendapat.
Di
awal bulan Desember 2016 ini, bangsa Indonesia seakan terpecah karena perbedaan
pendapat. Perbedaan pendapat ini agak pelik karena melibatkan agama dan
kepercayaan. Perbedaan pendapat seperti ini biasanya tidak akan dapat
disepakati sampai kapan pun juga. Solusi terbaiknya adalah dengan menerima
bahwa masing-masing pihak memiliki perbedaan. Perbedaan tidak harus disamakan.
Masing-masing pihak harus sepakat untuk tidak sepakat.
Pada
bulan Desember 2016 ini pula ada Piala AFF, kejuaraan sepak bola yang
melibatkan negara-negara Asia Tenggara. Indonesia ambil bagian di dalamnya.
Pertandingan Indonesia melawan Vietnam hari Jumat tanggal 9 Desember 2016 yang
lalu membuat semangat kebangsaan dan persatuan Indonesia kembali muncul.
Antusiasme itu berlanjut sampai beberapa hari berikutnya.
Dalam
perjalanan ke kantor pada hari Selasa, 13 Desember 2016, saya melihat ada
kerumunan massa di sekitar Stasiun Gambir. Kerumunan itu berpusat di sekitar
markas Kostrad yang berada di seberang Stasiun Gambir. Sekumpulan orang itu
membuat ruas jalan menjadi sempit dan menimbulkan kemacetan. Bus yang saya
tumpangi pun terjebak kemacetan. Saya yang sedang membaca segera mengalihkan
perhatian pada sesuatu yang membuat jalanan macet itu.
Petugas
Transjakarta segera menjelaskan apa yang terjadi tanpa diminta. Rupanya dia
merasa perlu menjelaskan pada para penumpang yang hampir semuanya memandang ke
arah luar. Kerumunan orang itu adalah para suporter Timnas Indonesia. Mereka
mengantre tiket gratis untuk menyaksikan pertandingannya langsung di Stadion
Pakansari, Bogor hari Sabtu, 17 Desember 2016. Pembagian itu dimulai pada pukul
8 pagi namun orang-orang sudah berdatangan sejak subuh. Bahkan kabarnya ada
yang sudah datang ke tempat itu sejak malamnya.
“Kirain
ada demo lagi,” celetuk seorang ibu yang duduknya tak jauh dari saya.
“Iya,
kirain ada demo lagi,” sahut saya. Saya memang mengira ada demonstrasi karena
sekarang ini sedang “musim”nya.
Saya
memotret kerumunan itu beberapa kali. Saya cukup kagum karena mereka terlihat
tertib. Biasanya ketertiban suporter sepak bola di Indonesia agak kurang. Mungkin
karena pengaruh para prajurit Kostrad berpakaian hijau loreng yang ada di situ.
Orang-orang itu ada yang berbaris, ada yang duduk. Yang paling menarik adalah
yang berbaris di jembatan penyeberangan.
Saya
segera mencari berita tentang hal ini saat tiba di kantor. Ternyata semua
informasi yang diberikan oleh petugas Transjakarta itu benar. Memang sudah ada
orang yang menanti sejak malam harinya. Setelah berjam-jam mengantre ternyata
ada juga yang pingsan dan mendapat pertolongan dari para tentara.
Saya
berharap pertandingan ini dapat menggugah persatuan Indonesia. Walaupun
berbeda-beda tetapi tetap satu dalam hal mendukung Tim Nasional Indonesia. {ST}