Ana

Kamis, 15 Desember 2016

Pintu Toilet Setengah




            Suatu hari, saya mendapat undangan ke sebuah TK. Acara itu berlangsung di pagi hari dan tidak langsung dimulai saat saya tiba di sana. Saya harus menunggu dulu selama beberapa saat. Selama menunggu itu saya bercakap-cakap dengan beberapa anak TK. Ada beberapa anak yang dengan cepat menunjukkan sikap bersahabat.
            Saat sedang asyik mengobrol, saya merasa ingin pipis. Saya pun bertanya kepada seorang anak perempuan kecil yang menjadi teman baru saya itu.
            “Toilet tempat pipis di mana, ya?” bisik saya.
            Anak perempuan kecil itu tidak langsung menjawab namun raut wajahnya memberi jawaban. Dia seakan paham kalau urusan toilet adalah urusan pribadi dan anak-anak cowok tidak harus tahu. Dia menunjuk ke suatu arah sambil berbisik, “Di sana!”
            Tidak hanya menunjuk dengan telunjuk, dia juga mengantarkan saya ke toilet. Saya senang sekali saat melihat petunjuk toilet. Kami berdua melangkah bergegas sampai akhirnya saya berhenti mendadak di depan pintu-pintu toilet yang berjajar itu. Saya menghentikan langkah karena kaget. Deretan pintu yang berjajar itu pintunya hanya setengah. Bukan terbuka setengah, lo. Daun pintunya hanya setengah, di bagian bawahnya. Dengan demikian orang dapat melihat ke dalam dari bagian atasnya.
            Saya tersenyum sendiri melihat pintu-pintu itu. Pintu model setengah itu memang umum digunakan di TK. Pintu-pintu seperti itu memungkinkan orang dewasa untuk mengintip anak kecil yang sedang menggunakan toilet. Anak-anak kecil yang sedang belajar menggunakan toilet tetap berada sendiri di dalam bilik tertutup sementara orang dewasa dapat mengawasi dari bagian atasnya.
            Saya jadi teringat pada adik saya bertahun-tahun yang lalu saat dia masih TK. Toilet di TK tempat adik saya sekoalh ini juga daun pintunya hanya setengah. Beda usia kami 6 tahun. Saat dia duduk di TK A, saya sudah kelas 6 SD. Saat itu saya termasuk anak perempuan yang cukup jangkung. Saya dapat melihat dari bagian atas pintu toilet itu. Itulah yang saya lakukan saat mengantarkannya pipis. Saya mengintip dari bagian atas pintu he he he…
            Daun pintu yang ukurannya setengah itu memang tidak masalah jika penggunanya anak-anak. Berbeda bagi orang dewasa, saat ada orang dewasa di dalamnya, maka akan terlihat dari luar, terutama saat berdiri. Terlihat saat berada di dalam toilet bukanlah sesuatu yang sopan bagi orang dewasa seperti saya ini.
            “Hmmm… Dek, kalau guru-guru pipisnya di mana?” tanya saya kepada anak kecil yang mengantar saya itu.
            Jari kecilnya kemudian menunjuk ke arah lain yang agak jauh. Saya pun mendatangi arah yang ditunjukkannya itu. Ada sebuah pintu tertutup dengan daun pintu yang utuh. Saya membukanya dan menemukan ruang toilet di dalamnya. Saya pun segera masuk ke dalamnya setelah mengucapkan terima kasih kepada anak kecil yang mengantarkan saya itu.
            Toilet kecil yang berada di pojokan itu memang untuk orang dewasa. Walaupun kecil, ukurannya masih lebih besar dibandingkan dengan bilik-bilik berpintu setengah yang sebelumnya saya datangi. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini