Beberapa
waktu belakangan ini saya cukup sering berkendara dengan menggunakan
transportasi berbasis online. Cara ini hampir selalu saya gunakan saat pergi ke
pusat perbelanjaan. Saat ini, saya sudah tidak pernah lagi membawa kendaraan
sendiri kalau ke mall. Itu pula yang saya lakukan pada hari libur yang lalu.
Saya dan adik saya memesan mobil lewat aplikasi online.
Pada
layar telepon genggam saya dapat terlihat posisi mobil yang kami pesan itu.
Saya lihat dia sudah tak jauh dari rumah kami. Saya menantinya sembari
mengirimkan pesan yang menegaskan letak rumah saya. Saya merasa tenang karena
mobil itu memang bergerak mendekat ke rumah kami. Mobil itu makin mendekat
sampai akhirnya malah melewati kompleks rumah kami.
Saya akhirnya menelepon pengemudi itu. Saya mencoba
menjelaskan namun orang itu sepertinya tidak mengerti. Saya akhirnya memutuskan
untuk memberikan kalimat perintah.
“Belok kiri di belokan pertama, kemudian belok kiri
lagi,” perintah saya.
“Bukannya belok kanan, ya? Seharusnya belok kanan,”
sanggah pengemudi itu.
Saya kemudian mengulangi perintah saya dengan tegas.
Saya tahu letak rumah saya dan saya juga tahu mana yang kiri, mana yang kanan.
Pengemudi ini entah kurang konsentrasi atau disorientasi, entahlah. Saya
kemudian menantinya di halaman rumah. Ia datang tak lama kemudian.
Dalam perjalanan, saya merasa ada yang tidak beres.
Pengemudi itu berkali-kali membawa kendaraan ke bagian tengah jalan, padahal
ruas jalan itu 2 arah. Ia juga berkali-kali menginjak rem secara mendadak.
Demikian juga dengan pedal gas, berkali-kali ia menginjaknya secara mendadak
sehingga mobil agak tersentak. Ia juga berkali-kali menggerakkan kepalanya dan
mengambil nafas panjang.
Saat masih setengah perjalanan, mobil yang kami
tumpangi itu berjalan sanagt pelan sampai rasanya hampir berhenti. Mobil itu
mengarah ke kiri seakan-akan mau membelok. Padahal saat itu tujuan kami bukan
membelok ke kiri.
“Pak, Bapak ngantuk, ya?” tegur saya.
“Eh, iya,” ujarnya sambil menginjak pedal gas.
Teguran itu tidak lantas ia memperbaiki cara
menyetirnya. Saya rasa selain mengantuk pengemudi ini memang kurang cakap
membawa mobil. Kemampuannya seperti orang yang baru bisa menyetir. Kecurigaan
saya itu saya sampaikan ke adik saya. Dia malah mengira orang itu tidak beres
dari gerakannya dan caranya bernapas. Itu membuat saya menjadi tegang sepanjang
jalan.
Saat tiba di mal yang kami tuju, saya menyampaikan
bahwa saya membayar dengan metode nontunai. Saya merasa perlu menyampaikan hal
itu karena ada beberapa pengemudi yang kurang paham dengan metode pembayaran
itu. Mungkin karena mereka masih baru mengenalnya. Nah, pengemudi yang kali ini
ternyata kurang paham tentang pembayaran nontunai.
Saya menunjuk ke arah layar sang pengemudi di mana ada
tertera pembayaran nontunai. Setelah itu saya keluar sambil mengucapkan terima
kasih yang sepertinya tidak terlalu tulus. Baru beberapa langkah saya menjauh,
pengemudi itu memanggil saya dan meminta bayarannya. Saya agak sewot sekaligus
malu karena ada orang lain yang melihatnya. Mungkin saja malah saya yang dikira
belum bayar dan main kabur aja.
Saya menjelaskan lagi tentang pembayaran nontunai.
Bahwa saya membayar dengan menggunakan kartu kredit. Biaya langsung menjadi
bagian dari tagihan saya. Pembayaran ke pengemudi akan diproses lebih lanjut.
Setelah itu saya meninggalkan pengemudi yang bengong itu. Dari penampilannya
memang dia tidak fokus ataupun konsentrasi. Entah karena ngantuk, atau malah
mabuk karena pengaruh sesuatu.
Saat memberikan review,
saya tidka bisa memberikan bintang 5 untuk pengemudi ini. Saya hanya memberikan
bintang 3. Tadinya malah saya tidak mau memberikan bintang sama sekali karena
saya merasa sangat tidak nyaman. Saya juga menyampaikan keluhan saya tentang pengemudi
yang mengantuk dan kurang paham tentang pembayaran nontunai.
Saya sudah melupakan peristiwa itu sampai ada email
dari orang yang namanya tidak familiar masuk ke inbox saya. Email itu ternyata tanggapan atas review saya. Dalam
email itu disebutkan bahwa sang pengemudi sudah mendapatkan teguran keras dan
ada komitmen untuk memperbaiki pelayanan. Saya sangat senang mendapatkan
tanggapan itu. Terus terang itu lebih dari harapan saya. Apalagi tanggapannya
langsung diberikan hari itu juga. Padahal hari itu aadalah hari libur nasional.
{ST}