Ana

Sabtu, 12 November 2016

Supirnya Teman Mamah yang Nguber




            Suatu hari, saya dan adik saya memesan mobil via Uber. Mobil itu datang tak lama kemudian. Sang pengemudi membuka kaca jendelanya dan menyapa kami dengan ramah. Ia juga menyapa Mul, pembantu rumah tangga kami. Sapaannya dibalas oleh Mul, bahkan diselingi dengan obrolan, seakan-akan mereka sesudah saling mengenal.
            “Memangnya kenal, ya?” tanya saya.
            “Ya, kenal. Saya, kan, supirnya Bu Sri,” jawab pengemudi itu dengan sopan.
            Saya mengangguk-angguk saja sambil mengingat-ingat siapakah sebenarnya Bu Sri yang dimaksud itu. Tentunya Bu Sri itu bukan Bu Sri yang sering mijetin saya.
            “Bu Sri yang dulu ketua lingkungan itu. Sekarang saya kerja sama anaknya. Saya memang diizinkan untuk nguber kalau pekerjaannya sudah selesai,” kata supir itu memberi penjelasan tanpa saya minta.
            Mungkin ia dapat menebak kebingungan di wajah saya yang berusaha mengingat siapakah gerangan Bu Sri itu. Sambil mengangguk-angguk paham saya juga menemukan kosakata yang baru. Nguber sekarang tidak hanya berarti mengejar. Nguber juga menjadi istilah yang artinya menjadi pengemudi Uber.
            Dalam perjalanan yang memakan waktu hampir satu jam itu ia bercerita tentang Bu Sri, yang hanya samar-samar saya ingat. Bu Sri adalah teman Mamah. Sebenarnya usia Bu Sri jauh lebih tua dari Mamah. Dapat dikatakan ia sebenarnya temannya nenek saya, walaupun tidak sebaya. Bu Sri memiliki beberapa anak dan cucu. Salah seorang anaknya “mewarisi” supir Bu Sri.
            Sang supir itu juga bercerita kalau majikan barunya itu sama baiknya dengan ibunya. Majikannya itu mengajarinya menggunakan smartphone untuk menjadi supir Uber. Mobil yang digunakan pun mobil milik majikannya. Ia boleh menggunakan mobil setelah jam 9 pagi sampai jam 1 siang. Paginya ia mengantar anak majikan ke sekolah, kemudian menjemputnya di siang hari. Penghasilan yang didapatkan akan menjadi penghasilan tambahan baginya.
            Setelah mendengar ceritanya, saya turut bersyukur atas kebaikan sang majikan, anaknya Bu Sri itu. Semoga saja makin banyak orang baik seperti dia sehingga makin banyak orang yang mendapat berkat. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini